Tidurku terusik ketika kurasakan wajahku dihujami kecupan-kecupan ringan. Aku masih enggan bangun, tetapi kecupan itu semakin lama semakin intens. “Aduh! Masih ngantuk. Jangan gangguin!” aku agak kesal karena tidurku terganggu. Aku menarik selimut, tetapi gagal karena ditahan. “Udah jam setengah lima, sayang. Mandi dulu. Nanti tidur lagi enggak papa.” “Masih ngantuk ...” ketika aku menarik selimut, selimut itu justru ditarik paksa ke arah berlawanan. Membuatku seketika membuka mata karena dingin angin langsung menerpa kulit. “Mas Al! Bisa-bisanya!” Aku menarik lagi selimut ke atas, lalu memeganginya erat-erat. Mas Al ternyata sudah mandi karena rambutnya basah dan ada handuk melingkar di lehernya. Dia terus menatapku sambil tersenyum, membuatku malu dan menyembunyikan diri di balik