Terlalu besar untukku

522 Kata
Mumut menelpon bu Wati agar tidak memberi tahu dimana ibunya dirawat pada orang-orang di tempat mereka tinggal. Ia tak ingin menimbulkan kehebohan pada mereka. Bu Wati hanya mengiyakan karena ia mengerti Mumut tidak suka dengan kehebohan semacam itu. Kemudian Mumut mengabari Randy tentang kedatangan teman-teman kantornya ke paviliun tempat Ibu dirawat. Mumut juga menyatakan kekuatirannya kalau hal itu akan terjadi kehebohan di kantor. "Tenang saja, mereka kan tidak tahu kalau kamu akan menikah dengan bos," jawab Randy menenangkannya. "Iya, sih." Mumut tersenyum kecut, Ia tadi mendengar Yeni dan Arti membiacarakannya  tapi mereka tak sadar kalau dia mendengarnya "Mereka berprangka aku menjual diri pada orang kaya." Randy tertawa. "Pokoknya jam tujuh nanti kamu bersiap, aku akan menjemputmu!." "Baik, Pak.!" *** Jam tujuh kurang sepuluh menit, Randy sudah menjemput Mumut,  Setelah berpamitan pada ibu. Mumut mengkuti langkah Randy menuju mobil sport hitam yang terparkir tak jauh dari paviliun tempat Ibu di rawat. Randy  membuka pintu penumpang di belakang dan menyuruh Mumut masuk ke dalamnya. Saat masuk ke dalam mobil itu Mumut baru menyadari ada sosok tegap Bian duduk di sana. Dengan canggung Mumut duduk di setelah Bian, ia hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun karena mulutnya serasa dikunci. Randy menutup pintu setelah Mumut masuk kemudian Ia bergerak ke depan dan masuk ke bagian kemudi. Randy menghidupkam mobil kemudian melesat melintas di atas aspal. Tujuan pertama adalah sebuah toko perhiasan yang sangat mewah.  Bian meminta Mumut memilih model cincin pernikahan mereka. Mumut bingung melihat begitu banyaknya  cincin yang terpampang didepannya dengan desain yang cantik-cantik. Sebenarnya ada sebuah cincin yang menarik perhatian Mumut tapi ia merasa cincin itu terlalu bagus untuknya, dia tak bisa menaksir harga cincin itu tapi pasti sangat mahal karena desainnya yang cantik dan ada taburan berlian di bagian atas cincin itu. Pegawai toko perhiasan itu mulai tidak sabar melihat pasangan di depannya saling diam sementara Randy hanya tersenyum menyaksikan hal itu. Biasanya kalau pergi dengan Ristie Bian tidak perlu pusing memilih yang mana karena Ristie akan langsung memilih beberapa barang yang disukainya dan Bian akan membayarnya begitu gadis itu selesai menentukan pilihannya. Tapi perempuan di depannya kini adalah Mumut yang bahkan tak pernah bermimpi untuk sampai di tempat ini. " Mau yang mana, kak?" pegawai itu bertanya lagi pada gadis cantik di depannya. Mumut masih bingung. "Yang itu saja!' Bian akhirnya angkat bicara, ia menunjuk cincin  yang diinginkan Mumut. " Terlalu besar, untukku" kata Mumut, yang maksudnya terlalu berat,  terlalu bagus dan mahal. "Dicoba dulu saja, kak!" kata pegawai toko  perhiasan dengan antusias. Ia segera mengeluarkan cincin itu dari etalase dan menyerahkannya pada Mumut. Mumut menerima cincin dengan tangan gemetar, Bian segera meraihnya dan memasang cincin itu ke jari manis yang membuat gadis itu lalu dan pipinya memerah sehingga membuatnya terlihat makin cantik dan menggemaskan. " Wah cantik sekali! Pas dengan yang pakai!" Teriak pegawai itu dengan penuh suka cita. Cincin itu terlihat sangat pas di jari lentik Mumut, membuatnya terlihat makin mempesona tapi Mumut terlihat kurang nyaman, is mencoba melepas Cincin itu dari jari manisnya, ia merasa cincin itu terlalu mahal untuknya. Mumut mencoba beberapa cincin yang lainnya yang lebih ringan beratnya tapi Bian selalu menggeleng ketika ia minta persetujuannya. Akhirnya cincin yang pertamalah yang dipilih untuk Mumut dan untuk dirinya sendiri Bian memilih sebuah cincin yang polos.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN