Crazy Game. 3.

1616 Kata
"Kenapa ketemu dia lagi?! Ish, apes banget gak ada habisnya muncul muka dia!" merepet Deliana sambil membawa berkas-berkas dari lemari besi. Anggi dan anak-anak lainnya penasaran kejadian di depan lift. Soalnya Deliana tabrak tadi itu menyebutkan dirinya "sayang" "Del, kamu kenal sama laki-laki tampan tadi?" Anggi bertanya kepo ojolali. "Gak!" jawabnya cepat. Anggi kembali ke mejanya tetapi ia kembali mencondongkan lehernya menyamping. "Yakin? Kamu gak ada hubungan sama laki-laki tadi?" Anggi bertanya lagi, Deliana mendecak sebal atas sikap Anggi yang kepo banget. "Sudah dibilang, gak, ya, gak!" decaknya merapikan berkas dari map besar ia ambil di lemari besi. Anggi mengangguk dan kembali ke meja. Anggi tak begitu yakin dengan jawaban Deliana, tapi, bisa saja Anggi salah perkiraan. Detik-detik waktu divisi finance, suara langkah kaki menggema di seluruh telinga para pekerja di PT. Indo Nusaraya Industri -- Sarung tangan karet Ekspor. Semua yang berada di tempat meja masing-masing berdiri menyambut kehadiran seorang atasan baru di kantor Deliana. Para pekerja menunduk sebagai kehormatan untuk atasannya sedang booming gosip dari lantai dasar hingga lantai ke-8, tempat Deliana berada. Seorang mendampingi pemilik baru kantor ini mempersilakan padanya untuk memasuki kantor tersebut. Tetapi, Laki-laki itu berhenti tepat di depan Deliana. Namun Deliana posisi menunduk memberi hormat padahal ia sedang sibuk memainkan kertas di depan matanya. Laki-laki yang berdiri di depannya melihat sekitar ruangan kantor tersebut. Dan laki-laki itu pun melirik seorang wanita sedang memainkan kertas di map besar. Berkerut dan mencoba untuk mengintip siapa wanita di depannya. Namun hal tindakan itu terganggu oleh seseorang membisikkan padanya. Mau tak mau ia pun segera masuk ke kantor barunya. Semua yang berdiri mengikuti laki-laki itu masuk ke kantor tersebut. Beberapa detik kemudian, tak mendengar lagi suara langkah kaki pendatang baru. Deliana menoleh hanya dapat melihat punggung lebar dan tinggi, namun di tutupi oleh beberapa anggota lainnya akan memasuki kantor itu. Deliana menepuk belakang lehernya karena terlalu lama menunduk, ia pun kembali duduk dan segera memulai pekerjaannya. Suasana kantor PT. Indo Nusaraya Industri sangat sepi. Hanya suara printer, ketikan keyboard komputer, suara fax invoice masuk, dan deringan telepon menggema. Lalu bagaimana di ruangan kantor sang pemilik baru kantor ini? "Ini data-data karyawan yang bekerja di PT. Indo Nusaraya Industri, Pak." Dani memberikan map kepada laki-laki duduk di meja barunya dengan nama papan terlihat sangat jelas. Agus Antoniusetya Darmawan. SE. Psi. Agus meraih map dari Dani lalu ia membuka map tersebut. Nama dan foto serta biodata pengawai terdaftar lengkap di kertas dan rapi. Apalagi posisi karyawan juga tertera di kertas itu. Dengan saksama Agus melihat-lihat data-data karyawan dan menghafal nama-nama tersebut. Di beberapa lembar terakhir nama begitu jelas di mata Agus. Seulas senyuman ketarik sangat panjang membuat Dani berkerut melihatnya. Deliana Citrasenia Valenteen, SE. 24 tahun, posisi Piutang penjualan, pertama kali lamar pekerjaan di perusahaan ini. Jadi sekarang usia Deliana, 27 tahun. Lama juga Deliana bekerja di perusahaan sarung tangan ekspor impor selama 3,5 tahun. Dani ikut senyum dan mengerti maksud dari senyuman Agus tadi. "Bapak suka dengan Mbak Deliana?" Dani bertanya pada Agus. Agus kemudian menatap tajam padanya. Dani tak bermaksud lancang untuk mempertanyakan soal tadi ke Agus. Siapa juga tak suka dengan Deliana. Di kantor PT. Indo Nusaraya Industri pengawai laki-laki pada suka sama Deliana. "Memang kamu tau siapa dia?" tanya Agus menginterogasi Dani. Ada rasa cemburu di wajah Agus saat Dani mempertanyakan soal Deliana. "Tau banget, Pak! Deliana--seorang wanita yang paling di sukai semua para karyawan laki-laki di sini," jawabnya senyum. "Benarkah? Saya minta karyawan ini pindah menjadi sekretaris saya? Santi pindah diposisinya, bagaimana?" perintah Agus pada Dani. Dani membulat. "Tapi, Pak?" "Ini perintah, saya minta ganti sekretaris. Dari foto saya lihat dia lebih cocok menjadi calon pendamping masa depan saya!" sambung Agus menajam. Dani membulat dan tak mengerti maksud dari atasan barunya. Dari tatapan membunuh Dani menurut saja. Mungkin akan ia cari info siapa sebenarnya Agus Antoniusetya Darmawan, SE. Psi. **** Dani keluar dari kantor Agus, kemudian ia mendekati meja Deliana yang sedang sibuk dengan kertas-kertas penagihan dari penjualan barang tersebut. "Del, ada surat cinta buat kamu," ucap Dani serahkan amplop cokelat persegi panjang pada Deliana. Telinga Anggi sudah meninggi saat mendengar Dani berbicara kepada Deliana. Dorongan kaki mundur kursi beroda tersebut mendekati Deliana. Deliana mengerut menatap surat amplop cokelat masih di tangan Dani. Sesekali ia melirik Dani, Dani hanya senyum tipis penuh arti tanda tanya. "Surat cinta dari siapa, Dan?" Anggi bertanya dan penasaran, ia meraih amplop cokelat itu dari tangan Dani. Dani tak menjawab dengan lancang Anggi merobek amplop itu. Kemudian menarik keluar isi kertas putih dibaca secara hati-hati. Takut sobek karena kertas yang berisi penuh tanda tanya adalah pertama kali didapat untuk Deliana. Deliana kembali dengan pekerjaannya, detik-detik kemudian Anggi menarik napas dalam-dalam berasa shock. Anggi ingin berteriak namun ia sadar saat ini masih jam kerja. Ia membungkam mulutnya dengan satu tangan. Deliana menoleh atas sikap aneh Anggi setelah membaca isi kertas itu. Anggi melirik dengan tatap horor yang membungkam itu. Ia bergetar memberikan kertas kepada Deliana. Deliana malah bingung dengan Anggi, kalau Dani dari tadi kembali ke tempatnya. Deliana menerima kertas dari Anggi. Anggi tak bisa berkata-kata ia memilih kembali ke mejanya melakukan pekerjaan yang tertunda beberapa menit. Deliana tanpa ragu turun membaca isi kertas di depannya. Tertera sangat rapi dan juga kata demi kata di sana. Setelah membaca saksama, Deliana memicingkan kedua matanya lebih dekat dan isi'annya sangat membuat Anggi terdiam tadi. "WHAT?!" pekik Deliana tiba-tiba membuat isi ruangan lantai 8 menggema atas pekikan dari Deliana. Deliana mengangkat kertas itu tinggi-tinggi dengan tangan gementar, ia pun bangkit dari duduk mencari melangkah kaki ke tempat Dani. Dani yang sedang sibuk dengan beberapa berkas untuk data-data karyawan tersebut tercegah. "Apa maksudnya ini?!" bentak Deliana meletakkan kertas tepat di depan meja Dani. Dani hanya bisa menghela napas pendek. Ya, Dani Andrean Surya--Kepala HRD serta mengurus gaji karyawan PT. Indo Nusaraya Industri. Ia menatap wajah Deliana begitu kesal ketika ia berikan surat cinta dari atasan baru kepadanya. Risiko terberat Deliana akan marah, dari wajahnya saja sudah Dani yakin. "Kamu dipindahkan menjadi sekretaris Pak Darmawan. Posisi kamu akan di ganti oleh Santi," ungkap Dani menjelaskan pada Deliana. Deliana mengembuskan napas kasar, ia lihat sekali lagi kertas yang berisi kata-kata aneh. Tetap saja ia tak terima, kenapa harus dirinya? Itu yang selalu ada di pikirannya. "Kenapa harus saya? Kenapa harus mendadak? Bapak 'kan sudah janji kalau saya ini tidak bisa suka-suka pindah posisi. Apalagi supplier saya---" "Bapak tau, Del. Tapi, ini perintah dari beliau. Bapak tidak bisa membela, beliau hanya meminta kamu menjadi sekretarisnya dan Santi akan pindah mengalihkan posisi kamu," potong Dani berbicara. Deliana meremas kertas perintah sialan itu. Ia ingin sekali memaki atasan barunya. Ia pun menarik napas dalam-dalam, kemudian dihembuskan kasar dan panjang. "Tapi, saya tidak bisa sekarang. Saya harus mengajari Santi hingga dia gak dikecewakan oleh supplier kita," ucap Deliana memohon kepada Dani. "Nanti saya sampaikan," kata Dani. "Sekarang saja?! Saya gak bisa menunggu apalagi hari ini banyak penagihan yang harus saya urus!" sentak Deliana memerintah. Dani menghela kemudian menekan angka satu di telegram. Suara sambungan terdengar, Deliana setia menunggu. Pembicaraan Dani dengan atasan baru itu cukup lama. Dan Deliana dapat larut wajah Dani bisa mengangguk dan menjawab, "Iya, iya" Sepuluh menit kemudian, pembicaraan telepon usai. Dani kembali menghadap Deliana dan ia menghela lagi sebelum menyampaikan sesuatu kepada Deliana. "Del, maafkan Bapak! Beliau tak ingin menunggu, dia ingin hari ini kamu menjadi sekretarisnya," terang Dani sangat hati-hati jika Deliana tak terima dengan penyampaian dari atasannya. "Apa?! Gak bisa! Sudahlah bicara sama Bapak pun percuma. Lebih baik berhadapan dengannya!" Deliana keluar dari kantor Dani dengan sikap kesalnya. Kemudian ia pun menuju kantor atasan barunya dengan cara mengomel sendiri "Seenak jidatnya mengatur posisi saya jadi sekretarisnya. Jangan mentang-mentang atasan baru sudah atur-atur!" omelnya. Divisi lain hanya melirik bingung atas sikap Deliana tiba-tiba marah-marah. Sampai di depan pintu kantor atasan baru. Deliana mengetuk tiga kali, dan mendapat perintah masuk. Kemudian Deliana pun membuka pintu itu dan masuk dengan wajah kesalnya. "Selamat siang, Pak. Saya datang ke sini untuk protes soal pemindahan posisi saya," sapa Deliana sopan dan sedikit kesal. Kursi yang membelakangi Deliana pun terdiam. Karena orang mendiami sedang menancapkan telinga ketika suara merdu dari Deliana membuat laki-laki itu begitu semangat. "Kenapa?" tanyanya, "Kenapa Anda bertanya? Jika saya pindah sekarang. Bagaimana dengan penagihan yang sudah saya janjikan?" jawab Deliana tegas. "Ada Santi yang menggantikan mu," ucapnya. "Santi? Saya justru harus mengajari Santi agar tidak salah memberikan penagihan ke supplier," jawab Deliana lagi. "Tapi, saya ingin kamu menjadi sekretaris ku sekarang," ucapnya lagi "Kenapa harus saya? Santi lebih lihai daripada saya, memang Bapak siapa seenak mengatur posisi saya. Selama ini saya bekerja tak ada yang berani mengatur posisi ku, kenapa Bapak ngotot sekali?" ungkap Deliana sudah hilang kesabarannya. "Karena saya ingin lebih dekat denganmu, Deliana!" balas Agus memutarkan kursinya yang dari tadi membelakanginya. Deliana membulat dan tentu shock. Orang yang berhadapan dengannya adalah Agus--mantan dosen Deliana. Agus senyum lebar dan selalu mengedip sebelah mata untuk Deliana. Deliana berasa di dunia neraka, atasan barunya adalah Agus. Ia tak bisa berkutik lagi namun itu hanya sesaat. "Kenapa Bapak di sini lagi?!" sentak Deliana semakin kesal. "Jelas kerja dong!" jawab Agus santai memainkan kursinya. "Jangan harap saya terima persetujuan pemindahan posisi dari Bapak!" tegas Deliana menggebrak meja Agus. Agus menegakkan tubuhnya dan membalas tatapan Deliana begitu menggemaskan, Agus pengin melahap nya. "Semakin kamu menolak permintaan dari saya. Semakin gila saya mengejar mu," ungkap Agus senyum jail. Deliana semakin kesal dan ia ingin menghilangkan Agus dari dunianya. Tak akan pernah henti nama yang terus muncul itu kembali lagi. **** Yuhuuu yakin nih gak mau baca? masuk ke perpustakaan? hehehe....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN