Akhirnya sudah pukul lima sore. Adila bersiap untuk pulang. Saat Adila akan keluar dari kantornya, tiba-tiba tidak sengaja menabrak CEO satu lagi. Sandy. Sandy baru saja kembali dari tugas pekerjaan di luar. Terus jam segini baru kembali. Pastinya Susan bakal lembur lagi. Adila memberi senyum pada Sandy. Tapi Sandy tidak membalas senyuman itu. Adila pun mengangkat kedua alisnya, lalu dia pun tidak terlalu banyak berpikir aneh-aneh terhadap CEO satu itu. Saat dia akan buka pintu kaca, suara dari arah kantor di mana Sandy berada menyebut namanya. "Dila!" Adila tertegun diam, langkah kaki untuk keluar dari kantor pun terhenti. Kemudian ponsel Adila berbunyi. Adila pun segera mengecek. Nama kontak telepon. CEO Sandy. "Iya, Pak?" "Bisa kah kamu buat secangkir kopi? Sekalian bawa ber