Mobil terus melaju pelan dan tanpa arah. Aga sengaja hanay membawa Bella berjalan -jalan dengan mobilnya agar keduanya bisa saling berkomunikasi dengan baik.
"Maafkan saya, bila ada salah selama ini di sekolah," ucap Aga pelan.
Bella hanya mengerjapkan kedua matanya tanpa mau menjawab pernyataan Aga. Ingat itu hanya sebuah pernyataan bukan pertanyaan.
Aga melirik sekilas ke arah Bella yang masih tetap diam melihat ke arah luar dengan tangan melipat ke depan dadanya. Kaki Bela masih bersila di atas jok, hingga kedua pahanya yang mulus terlihat jelas oleh Aga. Baju terusan yang Bella pakai saat ini sangat pendek dan tipis sekali.. Kalau Bella duduk dnegan menagngkat kedua kakinya, tentu saja sebagian paha itu terpampang jelas.
Aga mengambil jaket jeansnya yang ada di jok belakang dan memberikannya pada Bella dengan meletakkan jaket itu di pangkuan Bella membuat Bella melirik ke arah Aga spontan karena kaget.
"Tutup pahamu. Jangan biarkan saya melihatnya dan membuat saya khilaf karena saya hanya manusia biasa, lelaki normal yang diberi akal sehat dan nafsu yang cukup besar," ucap Aga menasehati.
"Emang berani?" tanya Bella sinis dan tajam ke arah Aga.
Aga hanya melirik ke arah Bell dan tersenyum penuh arti.
"Kamu siap? Kalau siap, lihat di depan itu gelap sekali, kalau kamu mau berteriak keras juga gak bakal ada yang dengar apalagi mau nolong kamu," ucap Aga dengan suara tenang.
Bella menatap ke arah depan yang memang benar -benar gelap tanpa ada penerangan lampu jalan dan ini seperti masuk area kampung, bukan jalan raya atau utama.
"Memang kita mau kemana?" tanya Bella ketus.
"Kenapa baru tanya? Saya kira kamu tidak peduli kemana arah tujuan kita malam ini," ucap Aga santai sengaja membuat Bella marah.
"Kita mau kemana? Bella telepon Papah nih!" ancam Bella yang mencari ponselnya namun ponselnya tidak ketemu. Bella menatap tajam ke arah Aga yang terlihat cuek pada dirinya.
"Kalau dari awal tidak bertanya, ya sudah, sekarang kamu ikuti saja kemana arah tujuan mobil ini hingga berhenti," ucap Aga tegas.
"Balik!! Pokoknya balik ke Hotel Karisma sekarang!!" teriak Bella kesal sambil memukul keras lengan Aga secara brutal.
Lihat saja jalan yang mereka lewati begitu gelap, sunyi dan sangat sepi. Tidak ada satu pun rumah penduduk atau orang berjalan di pinggir jalan tersebut atau kendaraan umum dan pribadi yang tak sengaja berpapasan.
Aga tetap cuek dan menahan rasa sakit pada lengannya. Tenaga Bella yang berbadan kecil itu lumayan oke juga buat lengan Aga terasa pegal.
"Awas aja kalau macem -macem!! Jangan harap Bella mau terima pernikahan ini!!" ketus Bella lagi dan menutup kakinya dengan jaket jeans yang tadi di berikan Aga pada dirinya.
Aga hanya mengangguk kecil dan sama sekali tak di ketahui Bella. Bella memilih memejamkan kedua matanya, dia berharap saat membuka kedua matanya sudah berada di kasur empuk di kamar kesayangannya sambil memeluk si poky, boneka lebah pemberian sahabatnya.
Aga hanya melirik sekilas ke arah Bella yang baru saja memejamkan kedua matanya dan menyalakan musik MP3 yang sudah ada di dalam mobilnya.
Bella hanya mendengarkan sambil memejamkan kedua matanya. "Boleh juga nih selera musiknya. Padahal gak muda lagi," batin Bella terkekeh sambil menggoyang -goyangkan kepalanya.
"Nyanyi aja kalau bisa, gak usah di tahan," ucap Aga tersenyum penuh arti setelah emlirik Bella yang terlihat senang.
"Uhhhhh ... Aku, bisa tersenyum, sepanjang hari, karena hujan pernah menahanmu disini untukku uuuu ...," Bella pun bernyanyi dengan suara cemprengnya membuat Aga menahan senyum dan tawanya di hati. Tapi bukan Aga namanya kalau tidak bisa tetap stay cool tanpa terlihat ia pun menikmati perjalanan malam sepi itu.
Aga tetap menampilkan wajah serius, etnang, cuek dan sedikit galak. Biar kesan untuk Bella tetap jelek.
"Aku selalu bahagia saat hujan turun karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri uuuuuhhh ...," lagi -lagi Bella bernyanyi hanay di bagian refrennya saja.
"Punya masa lalu indah tentang lagu ini?" tanya Aga pada Bella.
Bella menoleh ke arah Aga dan menatap sinis.
"Ngapain nanya -nanya? Kalau iya, emang kenapa? Gak suka?" ucap Bella semakin ketus.
"Gak apa- apa. Cuma tanya aja. Kalau sampai di nyanyikan pasti terkenang sekali dong," ucap Aga tertawa garing sekali. Mungkin memang gaya candaan beda umur itu berbeda. Bella yang cuek dan sedikit bar -bar harus di sandingkan dengan Aga yang dewasa, dan dingin namun peka.
"Gak ada urusannya sama Pak Aga. Paham?" ucap Bella semakin galak.
"Paham," jawab Aga yang langsung berbelok menuju suatu tempat yang indah sekali. Sepertinya tempat ini adalah tempat baru atau memang Bella yang tidak tahu keberadaan tempat itu.
"Kita sudah sampai. Bisa turun dari mobil saya," ucap Aga pada Bella.
Bella hanya menatap tak suka pada Pak Aga. Kadang santai, kadang bikin emosi parah, dan pastinya Bella tetap benci pada guru matematikanya itu.
Bella turun darai mobil itu dan mengedarkan pandangannya menatap tulisan di atasnya. "Kedai Mimpi. Aneh banget namanya," ucap Bella emarsa tak nyaman denagn tempat itu.
"Yuk masuk," ajak Aga pada Bella.
"Ini tempat apa?" tanya Bella tanpa mau emlangkah mengikuti Aga yang sudah akan masuk ke dalam.
Aga menoleh ke arah Bella, "Mau masuk gak? Kalau gak mau ya sudah. Tetap di situ dan tunggu saya samapai keluar." Aga terus membalikkan tubuhnya dan masuk ke dalam kedai mim pi itu.
"Dihh ... Ngeselin banget sih tuh guru. Ya ampun!" kesal Bella terus mengumpat dan ikut masuk ke dalam kedai mimpi itu mengikuti Aga yang berjarak beberapa meetr dari dirinya.
Dari kejauhan Bella hanya menatap punggung Pak Aga yang beberpa kali mengangguk kecil ke arah pelayan dan beberapa pengunjung di sana.
"Sepertinya banyak yang kenal sama Pak Aga. Jangan -jangan dia sering bawa cewek ke tempat ini," batin Bella yang terus mengikuti Aga dan berhenti pada satu meja di atas kolam ikan yang indah. Banyak lampu hias berwarna -warni di atas kolam itu dan begitu elegant tempatnya. Dari depan tak terlihat indah, tapi masuk ke dalam benar -benar beda, benar sekali di namakan kedai mimpi karena masuk sini seperti masuk ke dalam mimpi. Sungguh indah.
"Duduk dulu di sini. Saya mau kesana sebentar," ucap Aga pada Bella.
Bella mengangguk kecil dan emnikmati tempat indah itu. Tempat itu ada di atas kolam yang di jaga oleh pagar bambu. Satu meja denagn dua kursi yang terbuat dari bambu juga denagn lilin aromaterpai di sudut -sudut pagar.