20

1107 Kata
"Semua berjalan dengan lancar, Bi," lirih Dinda yang ikut menanggapi perubahan topik yang bi lyas berikan. "Bagus Non, semoga semua di lancarkan Non, aku sangat mendukung mu untuk keluar dari zona ini, jangan sampai tidak Non, semua sudah berada di titik di mana sesuai dengan harapan," ucap bi Iyas yang begitu berharap bahwa Dinda akan melakukan sesuatu untuk kehidupannya. "Tidak Bi, aku tidak mau dianggap bodoh lagi setelah aku melakukan kebodohan-kebodohan yang membuat aku rugi sendiri. Aku memang mencintai mas Rehan, tapi kali ini aku akan merubah keputusan ku dengan melepaskan dia bersama wanita lain, aku tidak mau seperti ini terus." jelas Dinda dengan yakin bahwa ia akan memutuskan untuk melupakan pernikahannya. Saat Rehan sedang sibuk dengan rencana pernikahannya, Dinda justru sibuk dengan usaha yang akan ia jalankan di belakang Rehan, ia sering keluar rumah untuk bertemu dengan Pandu atau Wulan. Mereka sudah mempersiapkan tempat dan lokasi yang sangat bagus di tengah-tengah kota, dan hal itu sangat lah menjanjikan untuk mada depan usahanya. Sering keluar rumah tanpa diketahui oleh Rehan apa tujuan Dinda, membuat Dinda merasa jauh lebih nyaman ketimbang berada di dalam rumah dengan terus memikirkan pernikahannya, sebuah pembangunan sudah dimulai. Wulan dan Pandu pun menemani proses perjalanan usaha yang dilakukan oleh Dinda hingga sebuah gedung itu terbangun dengan sangat rapi dan cantik. Tidak tanggung-tanggung, Dinda membangun sebuah salon kecantikan yang begitu luas dan juga ada sebuah ruangan khusus di lantai dua yang dibangun oleh Wulan dan Pandu, dan di sana lah tempat tinggal Dinda nantinya. Ia akan menjadi owner kecantikan itu saat semua produk nya resmi di rilis. Begitu lancar dan bebas hambatan, semua terjadi begitu saja. Usaha dan kerja keras Dinda untuk membuat sebuah usaha sendiri akhirnya terjadi, di hari pernikahan Rehan dan Intan Dinda justru membawa Arka dan bi Iyas untuk ikut bersamanya. Melihat sebuah gedung yang akan memproduksi kecantikan hasil dari karya Dinda, Pandu, dan juga Wulan. Bi Iyas sangat senang ketika melihat perubahan drastis dalam kehidupan majikannya itu, Dinda yang dikenal sebagai ibu rumah tangga biasa, kini perlahan akan mewujudkan mimpinya. "Wah, ini sangat bagus sekali, Non," ucap bi Iyas ketika turun langsung ke tempat lokasi yang sedang dibangun oleh Dinda dan kedua temannya. "Tentu saja Bi, kami tidak kaleng-kaleng dalam mencarikan lokasi, setelah majikan mu ini memutuskan untuk menjadi seorang janda dan tinggal di rumah sendiri, maka kami akan memastikan bahwa dia tidak akan menjadi janda yang tidak berkelas. Namun semua itu memang membutuhkan waktu tidak sedikit, usaha pasti akan melalui rangkakakan terlebih dahulu sebelum menjadi bisnis yang menghasilkan uang berlimpah. Tapi kami sudah memikirkan hal itu jauh-jauh hari," seru Wulan yang sudah paham dengan semua bisnis. "Yang terpenting sekarang ini kau harus berpisah dulu dari suamimu Dinda, setelah kau bebas dari pernikahan mu, maka kau akan merasa lebih tenang dan fokus dengan usaha yang kau jalani," timpal Pandu memberi tahu. "Pisah, apakah aku harus melakukan ini sekarang?" tanya Dinda ragu. "Tidak sekarang, tapi secepat nya Non, apa lagi yang kau harapkan dari pernikahan mu, setelah menikah dengan Intan, sudah ku pastikan bahwa tuan Rehan tidak akan mengingat dirimu lagi, jadi untuk apa!" tegas bi Iyas menatap Dinda. "Apa yang dikatakan oleh teman putramu itu benar Dinda, seorang pria kalau sudah mendapatkan mainan baru, maka dia tidak akan mengingat kembali mainan lamanya. Jadi sekarang semua keputusan ada di tangan mu." jelas Wulan ikut berbicara. Saat itu Dinda mendapatkan banyak sekali wejangan dari orang-orang yang telah mendukung dirinya sejauh ini, Dinda pun tidak ingin mengecewakan mereka yang telah mengeluarkan dirinya dari kesesakan dalam rumah tangganya. Dengan tekat yang bulat Dinda pun akhirnya menyetujui permintaan mereka, dengan kesadaran pula Dinda akhirnya memutuskan untuk menyerah dan meminta perpisahan dengan Rahan. Ketika pulang Dinda terdiam cukup lama, ia mengamati rumah yang selama ini ia tinggali. Satu tahun pernikahan dengan Rehan ia justru mendapatkan kado terindah berupa pengkhianatan, dan berujung dengan perpisahan yang akan ia katakan pada Rehan. "Bi, aku akan menunggu mas Rahan pulang," ucap Dinda yang ingin meminta talak dari Rahan. "Apa Non yakin bahwa tuan Rahan akan pulang malam ini? Malam ini adalah malam pengantinnya bersama dengan wanita itu, aku rasa tidak mungkin dia kembali ke rumah ini," seru bi Iyas. "Kalau begitu tolong jaga Arka, aku sendiri yang akan datang ke rumah Intan dan menemui mas Rehan." jelas Dinda dengan tegas, lalu saat itu ia bangkit membawa tasnya pergi kembali dari rumah. Bi Iyas tidak bisa mendukung, hal yang ia nanti-nantikan kini akhirnya tiba, di mana ia sangat menginginkan bahwa pernikahan majikannya itu akan berakhir dengan perpisahan. Beberapa saat kemudian, Dinda tiba di kediaman Intan. Di mana rumah itu telah terjadi pernikahan diam-diam yang hanya di hadiri oleh orang-orang penting yang diundang oleh Rehan. Intan begitu bodoh saat Rahan menikahinya dengan tanpa adanya pesta, namun Intan pun sebenarnya tidak membutuhkan hal itu, yang ia butuhkan hanyalah kekayaan Rahan yang akan membuat hidupnya jauh lebih mewah dari sebelumnya, ia sama sekali tidak meminta pernikahan yang mewah dari Rehan, yang ia ingin kan adalah jatah uang bulanan dan kebebasan untuk menghancurkan uang tersebut. "Mas, aku kan sudah menjadi istri sah mu sekarang, itu artinya aku memiliki hak yang sama dengan Dinda," ucap Intan yang saat itu bergelayutan di lengan Rehan. "Apa yang kau inginkan setelah merasa bahwa hak mu sama dengan Dinda, sayang?" tanya Rehan membelai mainan barunya itu dengan penuh kasih dan sayang. "Aku ingin kau memberikan aku jatah uang bulanan yang sama dengan yang kau berikan pada Dinda," lirih Intan membujuk Rehan. "Intan, aku tidak bisa menyamakan uang bulanan mu dengan Dinda, karena Dinda adalah ibu rumah tangga yang memiliki satu orang asisten rumah tangga, dan juga satu orang putra, dia kebutuhannya sangat banyak," tolak Rehan dengan pelan. "Tapi Mas, katanya kamu cinta sama aku, tapi kenapa kamu justru menolak permintaanku." marah Intan yang saat itu merasa iri dengan keputusan Rehan. Karena tidak mau bertengkar di malam pernikahan akhirnya Rehan menuruti saja permintaan Intan saat itu, ia tidak mau jika malam yang ia inginkan justru rusak karena Intan marah. Saat itu Intan merasa sangat senang karena Rehan akhirnya menuruti permintaannya, dan tidak mempermasalahkan apa yang ia inginkan, Rehan meminta syarat agar Intan mau menemani dirinya tidur malam itu, karena ia merasa sangat lelah. Namun sebelum Intan dan Rehan masuk ke dalam kamar, suara ketukan pintu terdengar hingga membuat mereka terhenti, Rehan merasa kesal karena ada orang yang bertamu di malam hari seperti ini. "Mas, itu siapa si?" tanya Intan merasa terganggu. "Aku juga nggak tahu, sebentar ya, aku akan membukanya." jawab Rehan yang memutuskan untuk pergi membuka pintu. Dinda sudah sangat siap saat itu, untuk meminta talak pada suaminya yang kalau itu sudah tinggal bersama istrinya, ketika Rehan membuka pintu ia terkejut karena tiba-tiba Dinda datang menemui dirinya di kediaman Intan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN