Wingga hanya bisa mengamati istrinya yang sedang menyusun pakaian ke dalam koper sambil terisak-isak. Wingga baru saja meminta ijin untuk berangkat ke luar kota lusa dan Stevany langsung menyusun pakaiannya sekarang. "Sayang, aku baru berangkatnya lusa, loh." Wingga jengah melihat istrinya terus menerus menangis dan pakaian yang dia susun malah jadi berantakan. "Kamu akan pergi selama seminggu, kan? hiks... segini baju kamu cukup?" Tanya Stevany, masih dengan tangisnya yang belum reda. Wingga kembali menghela napasnya, entah sudah berapa kali dia menghela napas pagi ini. Wingga menangkap tangan Stevany meminta wanita itu untuk berhenti. Dia menghapus sisa air mata di pipi istrinya. "Sudah cukup, jangan menangis lagi," ucap Wingga seraya mengecup kening istrinya lembut. "Kamu akan