pertemuan pertama versi Elsa

1393 Kata
Setelah lebih dari tiga jam berkeliling kota melihat berbagai perubahan yang terjadi setelah lebih dari empat tahun dia tinggalkan untuk pergi ke Jerman, Elsa memutuskan untuk pergi ke restoran yang cukup terkenal sebagai tempat nongkrong. Panas sekali, Elsa mengikat untaian rambutnya ke belakang menjadi satu dengan asal-asalan. Rasa menyengat di lengannya yang terbuka membuat Elsa berjalan cepat masuk ke dalam restoran lebih dulu, karena Adit sedang mencari tempat parkir. Untung masih sepi, Elsa melihat restoran itu terlihat belum begitu ramai, karena mungkin belum tiba waktunya jam makan siang. Elsa masih menunggu Adit dengan berdiri di dalam restoran, sampai melihat pemuda itu masuk dengan tersenyum. “Ayo Kak kita cari tempat duduk,” rangkul Adit di bahu Elsa. Adit terlihat sangat protektif padanya, selama beberapa hari pemuda itu mengajak Elsa keliling tidak di biarkannya ada orang asing apalagi makhluk bernama pria bisa berkenalan dengannya. Alasan Adit simpel saja, siapa tahu pria itu adalah penipu atau iseng belaka. Mereka duduk berhadapan setelah memilih menu yang mereka inginkan, Adit asyik menelepon seseorang tentang masalah pekerjaan. Elsa juga begitu melihat beberapa postingan yang ada diiponsel miliknya, sampai dia menyadari dan merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Elsa mengangkat wajahnya dan dia melihat seorang pria berumur akhir tiga puluhan berkacamata dan sedang melihat padanya dengan pandangan intens. Mata Elsa pun langsung ikut terpaku dengan mata pria itu, hingga sekian detik dan entah kenapa ada rasa mengenal pria itu tapi entah di mana. Apalagi kemudian pria itu tersenyum tipis padanya dan tiba-tiba membuat Elsa sedikit malu karena senyum itu, dia pun menundukkan kepalanya dan tersipu sendiri mungkin pria itu menyadari tatapan Elsa yang sama intens dengannya. “Kak Elsa senyum sama siapa?” tanya Adit heran memperhatikan Elsa yang tiba-tiba tersenyum sendiri. Dan kemudian Adit melihat arah pandangan Elsa, di sana Adit melihat seorang pria dewasa sedang memperhatikan Elsa. Adit memicingkan matanya dan kemudian dia menatap tajam pada pria itu. “Jangan di lihat Kak, apalagi tersenyum seperti itu dia pasti pria tua yang suka menggoda gadis-gadis muda seperti Kak Elsa.” Elsa menyadari sikap protektif Adit hanya mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada pemuda yang ada di hadapannya. “Sepertinya Kak Elsa kenal sama pria itu Dit, Cuma lupa di mana makanya waktu dia senyum Kak Elsa balas juga,” terang Elsa. “Kan seperti pernah kenal, belum tentu pria itu memang Kak Elsa kenal,” ujar Adit kembali menatap pria itu sekali lagi, “Hati-hati Kak sekarang jaman orang bisa menipu hanya dengan melihat pada mata saja.” “Itu berlebihan sekali, masa ada yang seperti itu?” tanya Elsa. “Ya adalah Kak, namanya hipnotis atau sirep,” kata Adit. “Kak Elsa tahu Dit, tapi masa pria itu mau melakukan hal seperti itu di depan umum?” tanya Elsa tidak percaya kalau pria itu mampu melakukannya. “Ya kenapa tidak bisa, biasanya pria seperti itu suka ada peletnya juga,” kata Adit membuat Elsa terkejut. Elsa sesekali memperhatikan penampilan pria itu walaupun dia bukanlah pria yang tampan, dengan kulit coklat, pipi tirus, bibir dengan warna lebih gelap dari kulitnya tidak membuat pria itu kehilangan kharisma yang terlihat penuh wibawa pada diri pria itu. Kembali Elsa melihat pada pria itu, dia terkejut karena di sana sudah ada seorang wanita dengan pakaian minim dan seksi berdiri di hadapan pria itu, dan tidak lama wanita itu duduk di hadapan pria itu. “Apa itu pacarnya?” Adit ternyata ikut melihat ke arah pandangan Elsa, “Seksi sekali.” “Wah bodinya goal banget, ternyata pria itu memang ada peletnya,” Adit terus bicara sambil berdecak, “Tuh kan Adit juga bilang apa, penampilan pria itu boleh menipu tapi kelakuannya kita tidak tahu seperti apa?” Elsa hanya diam mendengarkan perkataan Adit, sementara Adit terus memperhatikan pria yang duduk bersama gadis berpakaian seksi itu. Elsa sesekali melihat ke arah mereka sambil sesekali menyuap makanan ke mulutnya. Elsa melihat kalau pria dan wanita itu terlibat pembicaraan yang serius. Tidak lama Elsa melihat perempuan seksi itu bangkit dari duduknya begitu juga dengan pria itu dan siap untuk pergi. Elsa melihat pria itu pergi dan berjalan ke arahnya sambil menelepon seseorang, sesaat langkah pria itu berhenti sejenak kemudian pandangan mereka kembali bertemu dan Elsa hanya bisa terpaku melihat mata pria itu. Tersenyum itu yang Elsa tanpa sadar lakukan. Setelahnya pria itu berlalu pergi, Elsa pun merenung sepertinya dia benar-benar mengenal pria itu tapi entah di mana. Sepanjang jalan pulang Elsa terus memikirkan mata pria itu karena mengingatkannya pada seseorang yang dulu pernah dekat dengannya seperti ... Abang. Tapi sepertinya bukan, Elsa menepis pikirannya dengan terus membatin antara yakin dan tidak, karena mereka berbeda, apalagi Abang ... Walaupun lama tak bertemu Elsa pasti akan mengingat dengan pasti siapa yang dulu pernah dia kenal, apalagi jika dia punya ciri khas tertentu, seperti Abang ...? Tiba-tiba kenangan lama kembali muncul di kepalanya, banyak kejadian lama yang berputar terulang kembali. “Kak Elsa melamun apa sih?” tanya Adit penasaran. Elsa sedikit terkejut dan lamunannya Buyar dengan pertanyaan Adit. “Tidak ada kok Dit, Kak Elsa cuman capek setelah keliling tadi,” kata Elsa berbohong. Hingga malam saat Elsa sedang beristirahat di tempat tidurnya wajah pria itu masih di ingat olehnya. “Siapa dia, kok ke ingat terus wajahnya?” Elsa bicara sendiri. Kemudian Elsa mengingat kalau dia punya foto lama yang masih tersimpan di dalam laci di kamarnya, dia dengan segera mencari ke beberapa laci dan membongkar untuk mencari album foto Dan akhirnya dia menemukan apa yang dia cari, album foto dan mulai membuka untuk melihat beberapa lembar foto lama yang masih dia simpan. Ini dia ... Di foto itu terlihat seorang pria gemuk tinggi besar dengan jambang penuh di wajah sedang berdiri di samping Elsa sambil mengangkat alat pancing berisi seekor ikan besar. Dan beberapa lembar lagi dengan pose yang berbeda, kemudian Elsa melihat ujung gambar yang sengaja dia sobek. Elsa mengingat siapa dalam gambar yang ia sobek dan juga di hancurkan tidak tersisa semua kenangan akan orang itu lagi. Hanya foto pria gemuk itu saja yang dia tidak buang, mengingat betapa baik pria bertubuh tambun itu karena Elsa sudah menganggap pria itu seperti kakaknya sendiri. Terakhir kali dia bertemu saat pria itu akan melakukan perjalanan dinas kerja di ujung Papua dengan jangka waktu yang cukup lama. Apalagi setelah kejadian yang menyakitkan hingga membuat Elsa memutuskan untuk pergi keluar negeri selama beberapa tahun. Sudah lama sekali tidak bertemu, batin Elsa masih menatap foto itu dengan kening berkerut. “Kira-kira dia ada di mana ya?” “Masih tidak badannya gendut seperti dulu?” “Apa dia sudah nikah?” “Apa dia masih ingat sama aku Elsa tidak ya?” “wajahnya masih brewokan atau tidak ya?” Banyak pertanyaan berputar di kepalanya, mengingat tentang pria yang dia pandangi fotonya. Sementara di tempat lain Rama melakukan hal yang sama memikirkan gadis yang dia foto tadi sambil merebahkan diri di ranjang. “Kapan gadis itu kembali ke Indonesia?” “Kenapa dia tidak pernah mengabari sama sekali?” “Apa dia sudah melupakan saya? Apa Karena dia tidak ingin memiliki pertemanan yang berhubungan dengan masa lalunya?” Rama memandang langit kamar tidurnya, dan terlihat lelah untuk terus bertanya dalam hatinya. ***NZ*** Tri tampak sedang berbicara dengan berbisik di gawai miliknya. “Jadi yang ini juga gagal ya?” “Kenapa bisa dia di kenalkan dengan perempuan seperti itu sih?” “Sudah bude bilang Risma, Kang mas mu itu orangnya paling anti sama cewek model begitu!” “Masa toh ya kamu suruh keponakan teman mu yang pakai baju kurang bahan di jodohkan sama Rama.” “Bude juga tidak suka sama cewek tadi, apalagi saat kita memata-matai tadi ketahuan banget itu cewek sombong amit.” “Tidak cocok jadi mantu bude.” “Eh tapi kamu lihat tidak cewek cantik pakai baju daster panjang tidak pakai lengan?” “Rama sepertinya suka sama cewek model begitu!” “Coba kamu cari, siapa tahu ketemu seperti itu.” “Kalau bisa sih cewek itu saja, habis Bude lihat dia senyum terus sama itu cewek.” “Aduh Bude kok jadi penasaran, siapa cewek itu yang bisa bikin kang masmu itu bisa tersenyum padahal kan Rama itu orangnya kaku banget apalagi senyumnya itu pelit sekali.” Tepukan di bahu membuat wanita yang sedang berbicara sambil berbisik di ponselnya menjadi terkejut dan dia segera menoleh. “Kebiasaan, suka banget bikin jantungan!’ “Memang mau saya cepat mati!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN