“I-ini apa Jen?” Ikhsan menatap heran pada kantong yang baru saja diberikan oleh Jenny. “Udah ambil aja.” Ikhsan membuka kantong itu, lalu menelan ludah. Dia merasa begitu malu dan tidak berani menantang mata Jenny. “Biasa aja dong! anggap aja itu pemberian seorang teman,” sergah Jenny. Ikhsan tertegum. Teman? Kenapa perasaannya terasa asing menengar kalimat itu. Kenapa sebagian dirinya tidak menerima dan merasa risih dengan ucapan Jenny. Bukankah mereka memang berteman, atau Ikhsan mengharapkan lebih dari itu? “Sekarang ayo buruan makan, keburu dingin makananya,” ucap Jenny lagi. Ikhsan mengangguk, kemudian mulai menyantap makanannya. Mereka pun menikmati santapan itu sambil mengobrol. Di sisi lain Jenny juga asyik berselancar di akun instagramnya. Ketika sedang asyik menatap layar