Arini baru saja selesai mengobrol via telepon dengan Novan. Mereka sudah berbicara kurang lebih selama tiga jam non stop. Sebenarnya Arini sudah mengantuk dari tadi. Namun agar Novan tidak kecewa, Arini terus memaksakan diri walau terkadang kesadarannya hilang dan sempat terlelap beberapa kali. Kerongkongannya kini terasa kering setelah lama tmengobrol. Dia berdehem beberapa kali sambil memijit lehernya dengan lembut. Arini merasa malas untuk mengambil air minum. Tapi alasan sebenarnya adalah dia takut untuk keluar kamar. Alasannya sudah jelas. Ada Ikhsan yang kini tertidur di sofa ruang tamunya. Arini menghela napas panjang lalu membuka pintu kamarnya pelan. Dapur di ujung sana terasa begitu jauh saat ini. Tatapannya beralih pada sosok Ikhsan yang masih terlelap di atas sofa. Setelah me