POV Debby
Marco dan aku segera tiba di rumah.
"Apa yang ingin kamu makan?" Marco bertanya sambil tersenyum.
Aku menyeringai, melangkah ke arahnya, makanan bukanlah yang kuinginkan saat ini. Aku bersumpah aku menjadi lebih h***y sejak aku hamil dan sejujurnya aku tidak pernah berpikir itu mungkin karena kita semua tahu bagaimana Marco dan aku ketika sampai pada hal itu.
Aku meletakkan tanganku di dadanya, perlahan-lahan menjalankan jari-jariku di dadanya. menatapnya dan memberinya tatapan... tatapan yang memberitahunya dengan tepat apa yang aku cari. Kami akan menyebutnya mata penggoda aku, datang ke tempat tidur ... Aku lalu beraksi.
"Ada yang bisa aku bantu?" Ucapnya bertanya sambil tersenyum.
"Ya." Aku tersenyum kembali.
"Dan apa itu sayang?" katanya mencoba bermain polos.
Aku meraih ke telinganya, tubuhnya menggigil begitu napas panasku menggelitik kulitnya.
"Aku ingin kau dan aku telanjang di tempat tidur sekarang kan?" Kataku mendengus di telinganya.
Dia mengeluarkan gerutuan keras, miliknya segera mulai mengeras melawanku. Aku suka betapa mudahnya dia bisa memulai. Aku terkikik, menarik diri darinya, menuju ke kamar tidur kami, menelanjangi dan meninggalkan jejak pakaian di belakangku.
Aku mungkin juga menikmati menjadi seperti ini, seksi dan percaya diri karena meskipun aku suka, hamil tetapi seiring berjalannya waktu aku yakin aku tidak akan merasa seperti itu, jadi aku akan menikmatinya. Pada saat aku sampai di kamar tidur, Aku hanya mengenakan 1 celana dalam milikku.
Aku bisa mendengar Marco datang dengan cepat di belakangku. Aku duduk di tepi tempat tidur, menunggunya. Ketika dia tiba di depanku, dia hanya mengenakan celana boxernya, semua siap untuk beraksi dengan melihat hal-hal.l yang menakjubkan.
"Mmm sayang kamu semakin seksi setiap hari." Ucapnya menggeram padaku.
"Apakah kamu tidak tahu itu cintaku? Aku memang selalu terlihat seksi setiap saat." Aku terkikik.
Marco berjalan ke arahku dan aku berdiri dari tempat tidur, Marco menarikku ke dalam dirinya dan melepas celana dalamku. Aku melingkarkan tanganku di tubuhnya. Meraih dan menekan bibirku ke bibirnya, membuat kami berdua mengerang.
Marco meraih ke belakangku, membuka braku, mendorong tali dari bahu, bra segera menyentuh lantai. Dia mengulurkan tangan, memijat dua gundukan sintal milikku yang sekarang terbuka dengan lembut karena sangat sensitif. Aku mengerang. kepalaku jatuh ke belakang. Marco menarik diri dari bibirku, menempelkannya di leherku, memberikan ciuman lembut di seluruh bibirku. Aku merintih keras. Mencengkram jari-jariku di rambutnya. menariknya.
"Kumohon Marc, aku membutuhkanmu." Aku mengerang.
Marco mengantar kami mundur. membaringkanku dengan lembut di tempat tidur dan aku beringsut ke atas. Marco memanjat ke arahku, mengambil tempatnya di antara kedua kakiku, meraih ke dalam dan membiarkan bibir kami bertemu lagi. Ciuman kali ini lebih b*******h dan bernafsu. Aku menelusuri kukuku ke bawah kulit punggungnya, menempatkan mereka di bokongnya. mendorongnya lebih keras ke arahku. Dia menekan pinggulnya ke dalam diriku, dia menggosok keras di antara kedua kakiku tepat di intiku, membuatku memanggilnya.
Aku segera mendorong celana boxernya ke bawah, cukup jauh untuk memberiku akses penuh ke apa yang aku inginkan, Marco segera melepas celana dalamku juga. Kami berdua membiarkan tangan kami saling bertanya-tanya tentang tubuh telanjang satu sama lain, gairah ... panas di antara kami membara.
Aku melingkarkan kakiku di pinggulnya, menggosok basah terhadap Miliknyabyang berdenyut dengan keras. Dia segera mendapat petunjuk, mendorong ke depan dan mendorong ke dalam diriku, mengisi milikku dan membuat kami berdua merintih.
"Aku mencintaimu, Debby." Dia berbisik ketika dia mulai menggerakkan tubuhnya ke tubuhku. Meluncur masuk dan keluar dariku.
"Aku pun mencintaimu." Aku memanggil saat kesenangan mengambil alih.
Aku menempel padanya. Marco mencengkeram pinggulku saat dia mendorongku. Aku tidak berpikir aku akan pernah muak dengan perasaan ini...dengan kita terhubung dengan cara ini. pria itu tahu bagaimana membakar jiwaku.
Marco dan aku meringkuk di tempat tidur, salah satu tangannya memainkan rambutku, sementara yang lain menggosok perutku.
"Aku tidak percaya kamu sudah mengisi dua belas minggu." Ucapnya setelah percintaan kami.
"Aku tahu. Aku bersyukur semuanya baik-baik saja." Kataku meletakkan tanganku di atasnya yang ada di perutku.
"Kau dan aku sama-sama merasa sangat bersyukur, sayang." Dia berkata meraih, menciumku dengan lembut.
"Apakah terlalu dini untuk mulai memikirkan nama?" Tanyanya penuh harap.
"Ya sedikit. Setelah pemeriksaan kedua kita nanti, kita bisa mulai memikirkan nama. Mudah-mudahan saat itu kami akan tahu apakah bayinya laki-laki atau perempuan." Kata ku tersenyum.
"Ya, itu mungkin ide terbaik. Aku hanya merasa lebih bersemangat. Aku tidak sabar sampai kita memilih nama, mulai berbelanja, dan melihat siapa bayi kecil kita." Katanya semangat.
Aku suka betapa bersemangatnya dia ketika berbicara tentang bayi kami, cara matanya bersinar ketika dia melakukannya. Itu membuatku semakin mencintainya, memberitahuku bahwa dia akan menjadi ayah yang luar biasa. Marco mengulurkan tangan, menempatkan ciuman lain di bibirku sebelum menarik diri, berdiri dan mengenakan celana boxernya.
"Ayo sayang, kamu perlu makan lalu kita bisa mandi dan nonton film kalau kamu mau." Dia tersenyum.
Aku mengangguk, membalas senyumannya. Dia benar. Aku butuh makan aku benar-benar lapar. Marco meraih salah satu tangannya dan memberikannya padaku. Aku menariknya ke atas kepalaku, Marco memberiku tangannya dan menarikku berdiri. Dia tidak pernah melepaskannya saat kami berjalan ke dapur untuk mengambil makanan.
"Apa yang kamu inginkan sayangku?" Ucapnya bertanya sambil tersenyum.
"Hmm, roti keju panggang?" Kataku menjawabnya sambil tersenyum dengan lebar
"Keju panggang akan segera hadir." Ucapnya dengan antusias.
Marco melanjutkan membuat makanan untuk kita. Kami berdua mengobrol tentang bayinya, tentang apa yang kita lihat di layar USG hari ini. Aku meletakkan tanganku di atas perutku, menggosoknya. Aku senang mendapatkan benjolan, senang melihat bayi tumbuh di dalam rahimku.
"Ibu dan ayah tidak sabar untuk bertemu denganmu, si kecil." Kataku sambil tersenyum.
Aku tidak sabar untuk bertemu bayi kami. Itu akan menjadi luar biasa. Aku masih berusaha memahami Marco dan aku akan punya bayi. Aku sangat bersemangat. Aku tahu itu akan mengubah segalanya, membuat segalanya lebih sempurna bagi kami. Memikirkannya membuatku menjadi wanita yang bahagia.
Aku tidak sabar menunggu keluarga kami tumbuh. tidak hanya dengan si kecil ini, tetapi juga bayi-bayi lain yang kita miliki. Aku tahu Grayson dan saya memiliki banyak cinta untuk diberikan dan aku tidak sabar untuk membagikannya.
Sungguh aku bersyukur pada Tuhan karena memiliki lelaki yang begitu menyayangiku, memberikan cinta kasihnya untukku, mau merawat dan menjagaku.
Aku berharap Tuhan tidak akan mengambil kebahagiaan ini dari dalam hidupku. Sungguh aku sangat beruntung di berikan lelaki terhebat dan juga anugerah yang kini tumbuh dalam rahimku.
Terima kasih, Tuhan.