Di tempat yang berbeda, Yasmine dan Tiana baru saja keluar dari sebuah salon kecantikan. Tiana melangkah cepat dan tampak tidak sabar, di mana sesekali, wanita berwajah judes itu akan menoleh ke belakang, menatap sengit Yasmine yang jalannya tertatih dan kerap menguap. “Yasmine cepetan. Kamu ini jalannya kayak siput, lelet banget! Cepet … cepet! Nanti kita nggak kebagian diskonan!” “Ya ampun, Ma. Mama sabar. Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul. Masih ngantuk. Lagian, ngapain juga Mama berburu diskon, kalau Mama saja ngakunya kaya?” “A-ap-apa maksudmu berkata seperti itu! Kamu meragukan kekayaan saya? Memangnya matamu nggak berfungsi setelah beberapa kali melihat rumah saya beserta isinya?” Yasmine nyengir, memasang ekspresi tidak berdosa. Ia berhenti tepat di hadapan Tiana yang sudah be