Senyum di wajah Sandy seketika surut dikarenakan Windy membalasnya dengan senyum masam berhias kekhawatiran. “Kenapa?” Sandy mengernyit bingung. Tangan kanannya meraba perut sang istri, sedangkan tangan kiri yang menenteng tas kerja, merengkuh punggung, menuntun Windy untuk masuk. Sandy memang baru pulang kerja, sedangkan Windy justru membuatnya kesulitan masuk ke apartemen mereka. “Pelan-pelan. Kita enggak bisa langsung masuk bareng.“Windy melipir keluar dari apartemen meninggalkan Sandy. “Kenapa? Loh, kok ini pintunya susah dibuka?” “Nah itu masalahnya. Ada Tito.” “Eh, … kenapa nih anak tidur di sini?” “B-bukan tidur, Sand ….” “Terus? Masa iya, pingsan?” “Tapi emang bener pingsan. Sudah setengah jam.” “Lah … masa orang kayak Tito bisa pingsan?” Sandy sengaja berjongkok dan me