Farah bangun pagi-pagi sekali, bahkan matahari belum sepenuhnya menampakkan dirinya di ufuk timur. Hari ini dia memiliki jadwal kuliah pagi di kampus, sehingga dia harus bergegas berangkat lebih awal. Setelah merapikan diri dan mengenakan pakaian rapi, Farah melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah hati-hati, tidak ingin mengganggu ketenangan pagi di rumah. Namun, langkahnya terhenti di tangga ketika dia melihat Tante Rami berdiri di ruang tamu dengan senyum hangat yang khas. Rambut panjangnya masih basah, mungkin baru selesai mandi, dan wajahnya tampak segar. “Pagi, Farah,” sapanya lembut. Farah membalas senyuman itu dengan kaku, berusaha menutup perasaan yang selalu menghantuinya setiap kali melihat Tante Rami. “Pagi, Tante,” jawabnya sambil melangkah mendekat. Tante Rami menatap