Berbagi Keringat

1837 Kata

Farah keluar dari dalam taksi dengan gerakan lambat, pandangannya terpaku pada rumah besar di depannya. Rumah itu, tempat ia tumbuh dan mengenal hangatnya kasih sayang keluarga, kini seolah berubah menjadi tempat yang asing dan dingin. Udara malam terasa lembap, dan angin dingin menyapu lembut wajahnya, tetapi tak mampu menyejukkan hatinya yang gundah. Sudah jam tujuh malam, cukup larut bagi seorang gadis yang seharusnya segera pulang ke rumah. Tapi entah kenapa, malam ini ia tak merasa terburu-buru. Dia melangkah dengan enggan ke depan pintu, menggenggam tas selempangnya erat-erat. Setiap langkah yang diambil terasa berat, seakan ada beban tak kasatmata yang menekan pundaknya. Farah membuka pintu dengan hati-hati, mencoba tidak membuat suara berisik. Aroma khas rumah menyambutnya, c

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN