Malam itu benar-benar kacau. Jalanan di luar gudang tua itu diselimuti kabut tebal dan suara peluru bersahutan seperti badai yang menelan semua ketenangan. Julian melangkah di antara bayangan gelap, napasnya berat, tapi matanya tajam—penuh dendam dan tekad. Dua puluh anak buahnya menyebar cepat, menutup setiap sudut dan memastikan tidak ada satu pun musuh yang bisa kabur. “Jangan beri mereka kesempatan bicara!” teriak Julian sambil menendang pintu baja yang langsung terhempas terbuka. Di baliknya, beberapa pria bersenjata terkejut dan belum sempat mengangkat pistol ketika tubuh mereka sudah terhempas akibat tembakan cepat dari tim Julian. Asap mesiu menebal. Bau logam darah mulai terasa menusuk. Julian bergerak dengan cekatan, memutar pistolnya lalu menembak tepat pada bahu salah satu or

