Malam itu, Regan sedang terlelap di samping Laura. Cahaya lampu tidur berpendar redup, menyoroti wajah istrinya yang tertidur dengan damai. Tangannya secara refleks terulur dan mengusap perut Laura yang membesar, kebiasaannya sejak mengetahui istrinya mengandung buah hati mereka. Namun, di tengah keheningan malam, suara isakan lirih terdengar. Regan mengerjap pelan, matanya masih berat karena kantuk. Tetapi begitu ia mendengar suara itu semakin jelas, ia langsung tersadar sepenuhnya. Laura menangis. Regan langsung terduduk, menoleh ke arah istrinya yang kini menggigit bibirnya, mencoba menahan suara tangisnya. Bahunya bergetar, matanya tertutup erat seolah sedang berusaha mengusir sesuatu yang menakutkan dari pikirannya. “Laura,” suara Regan dipenuhi kepanikan. Ia segera mengge