Prita menatap kertas di tangannya dengan tangan gemetar. Wanita yang kini hanya bisa duduk di kursi roda itu menitikkan air mata mengingat kini dirinya dan Bram sudah benar-benar resmi bercerai secara hukum. Ingatannya melayang pada setiap kejadian ketika dirinya masih menjadi istri kedua Bram. Kesombongan dirinya yang merasa lebih segalanya dari Salma, ia yang mempengaruhi dan membujuk Bram agar menjadikannya prioritas, dan ia yang tidak terima dikalahkan oleh Salma. Prita menghela napas berat. Ternyata dirinya memang sejahat dan se-egois itu, padahal Salma sama sekali tidak pernah mengusiknya. Bahkan ketika Anggia merebut Raga dari Ayuna, Salma tidak pernah satu kalipun menyalahkan putrinya tersebut. Kini, Prita hanya bisa menyesali semuanya. Berandai-andai jika saja dirinya tidak e

