Kafe Magnum meja nomor lima belas. Di sana tempat Destina dan Ivan berada. Sejak Ivan datang Destina terus menjatuhkan air mata, tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hingga beberapa menit berlalu, lelaki itu tetap membiarkan lawan bicaranya menangis. Menumpahkan semua rasa sakit yang ada di dalam hatinya. Ivan belum tahu apa yang membuat Destina sampai menangis tanpa henti seperti itu. Dia hanya bisa menebak kalau ada masalah serius, yang sedang ibu calon anaknya itu hadapi. Destina cukup sadar, kalau keputusannya untuk bertemu dengan Ivan bukanlah hal yang bisa dibenarkan. Dia bisa memilih teman bicara yang lain. Tapi rasanya kali ini mungkin hanya Ivan yang bisa membuatnya lebih tenang. Mengingat Ivan belakangnya ini juga sangat memahaminya dengan baik. Apalagi masalah ini ada sangkut pa