Pertemuannya dengan wanita bule tadi menyisakan banyak tanya di kepala Azkia. Jika wanita itu mengaku sebagai tunangan Elvano, lantas kenapa wanita itu harus mengkhawatirkan dirinya? Apakah wanita itu ada hubungannya dengan masa lalu Fattan dan tahu sesuatu tentang suaminya itu? Azkia bahkan tidak bisa menghentikan asumsi yang terus bermunculan di benaknya sampai dia tiba di rumah sakit. “Selamat pagi, Mi, Pi,” salam Azkia sambil meletakkan jinjingan berisi lunch box dan kotak kue di atas meja kopi. Faqih yang sedang menikmati tehnya membalas salam Azkia. “Pagi, Kia. Kamu membawa apa?” “Membawa makanan untuk pasien kita, Pi.” Azkia kemudian mengeluarkan kotak-kotak kue dari dalam kantong kain. “Kia juga membawa brownies, Pi.” “Wah, kayaknya enak nih.” Faqih dengan antusias langsung me

