“Kamu ngomong apa?” Nada kesal terlontar dari pertanyaan Fattan. Ekspresinya pun menjabarkan hal yang sama, mengetatkan rahang sambil menatap tajam Jane . “I want you to know that we have a son,” jelas Jane, “sekarang usianya dua tahun.” “Kenapa kamu baru bilang sekarang? Kenapa tidak dua tahun yang lalu saat saya mengejar kamu seperti orang gila? Why, Jane?” Fattan mengucapkan kalimat tanya terakhir penuh dengan tekanan. Jane mengembus napas. Dia melirik Azkia lalu dengan cepat mengembalikan pandangannya pada Fattan. Beban yang menekan dad4nya naik ke kepala dan menciptakan semburat merah di pipi. Sementara itu, matanya mulai berkabut. “Apakah pertanyaanmu tidak salah?” sanggah Jane, “seharusnya saya yang bertanya seperti itu. Kenapa saat itu kamu meninggalkan saya? Kenapa kamu lebih

