Revan berjalan gontai menyusuri lorong Rumah Sakit. Tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga. Sebagai seorang lelaki dewasa ia mampu menyembunyi kan kesedihannya, namun sebagai orang tua ia tidak mampu menahan rasa sakit yang kini ia alami. Perlahan ia membuka pintu kamar dimana putri sulungnya dirawat. Setelah pemakaman Danisa selesai, Revan tidak lantas pulang. Ia memilih menemui istri dan anaknya yang masih terbaring lemah di bangkar. Kanaya menoleh begitu suara pintu terbuka, dan mengetahui siapa yang datang ia langsung berdiri dan menghampiri sang suami. Kanaya memeluk erat tubuh jangkung suaminya, menenggelamkan wajah di d**a bidang Revan dan kembali menangis. Revan mengerti bagaimana hancurnya hati Kanaya sebagai seorang ibu yang melahirkan dan membesarkan kedua anaknya. Dan ha