Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, beberapa kali Raven menitikkan air matanya. Menangis dalam diam karena sesungguhnya dia juga sangat terluka. Belum lagi mengingat seberapa terpuruknya Nana atas kehilangan ini. Menambah rasa sakitnya yang memang sudah menggunung. “Tolong ke toko bunga dulu.” Ucap Raven yang diangguki oleh supirnya. Dan ketika sampai disana, Raven membeli buket bunga Anyelir merah yang cantik dan masuk kembali ke dalam mobilnya. “Kita ke Vila!” Perintah Raven lagi. Sang sopir mengangguk. Raven memang memilih untuk memakamkan calon bayinya itu di halaman belakang Vila yang dibeli olehnya untuk berduaan dengan Nana. Disana ada taman bunga yang indah impian Nana. Dan sekarang taman bunga itu Raven harapkan bisa menjadi taman bermain untuk anaknya dalam keabadian. Raven s