3

667 Kata
Pesta pernikahan Aya benar-benar batal. Aya kembali ke rumah dan menangis sekeras-kerasnya. Ia merusak semua barang-barang yang ada dikamarnya. Terutama barang-barang pemberian Panji. Semua foto yang indah etrpajang dimeja ria, di meja kerja dan di dinding kamar Aya. Semua dihancurkan oleh Aya. Aya benar-benar kecewa sekali. Janji manis Panji hanyalah isapan jempol. Semuanya tidak terbukti. Panji bukan laki-laki sejati. Selama ini, Aya sudah mengalah. Ia tidak mengejar karir ke luar negeri demi lelaki yang sangat ia cintai dan akan menikahinya setelah sukses. Tapi apa? "Aaaaaa!" teriak Aya meluapkan emosinya. Aya melepas pakaian pengantinya dan melempar keluar kamar. Ia juga melepas dekorasi kamar pengantin terutama diranjang pengantinya. Ia benci hari ini! Satu minggu berlalu, Aya mengurung diri di kamar tidurnya. Kamar tidurnya sudah kembali seperti smeula. Kamar itu sudah dibersihkan oleh Bu Aminah. Dan sampai detik ini, Panji tidak ada kabarnya. Apalagi untuk meminta maaf kepada Aya dan Kak Fadil. Rasanya tidak mungkin terjadi. Entah kemana Panji pergi. Tidak ada yang mengetahui. Di Kantor Panji pun tidak ada yang bisa menjelaskan. Mereka bungkam seolah ada misteri yang sengaja disimpan rapat. Tapi, Fadil dan Aya sudah tidak peduli lagi. Walaupun awalnay ingin tahu dan mencari keberadaan Panji lalu diberi pelajaran. Sekarang, baik Fadil dan Aya sudah mengikhlaskan semuanya. Mungkin memang takdirnya begini. Jalan nasibnya memang seperti ini. Fadil mengetuk pintu kamar Aya dan masuk ke dalam kamar adik perempuannya. Ia duduk di tepi dan menatap kedua mata Aya yang masih sembab dan bengkak. Fadil memahami perasaan Aya saat ini. Betapa hancurnya hati Aya. Fadil mengusap kepala Aya dengan lembut. "Aya ... Kakak ada kabar baik buat kamu," ucap Fadil pada Aya. Aya menoleh ke arah Fadil. Dengan suara lirih, Aya mencoba menjawab, "Apa?" Fadil mengeluarkan satu amplop cokelat besar dan membuka isinya. "Ini tiket kamu ke luar negeri dari agency model kamu. Mereka ingin kamu menjadi salah satu model disana. Kamu mau kan? Ini kan salah satu mimpi kamu, impian kamu untuk menjadi model go international. Sekarang saatnya, Ay. Kakak akan mendukung kamu. Kakak tidak akan melarang kamu lagi dan kamu boleh pergi untuk mengejar karirmu, cita-cita kamu" ucap Fadil dengan serius. Aya terdiam. Seharusnya ia senang mendengar kabar baik ini. Tidak smeua model di agencinya mendapat kesempatan emas seperti ini. Dan, pada akhirnya, Aya mendapatkan tiket emas itu untuk menjadi model internasional. Siapa yang menolak? Tapi, Hatinya masih gundah gulana. Kesedihannya masih terasa sekali. Rasa sakit hatinya dan kecewa atas ekgagalan pernikahan masih membuat Aya malas untuk menjalani kehidupan lagi. Ia lebih senang rebahan dan menangisi nasibnya yang buruk. Dibandingkan melupakan yang sudah terjadi, berdamai dengan dirinya snediri lalu menaklukan dunianya kembali untuk mengejar cita-citanya yang sempat terhenti karena ia memliki seorang Panji. "Kamu gak mau? Ini termasuk impianmu lho, Ay," ucap Fadil lagi mengusap kepala Aya. Aya masih terdiam. Kedua matanay mulai menatap amplop cokelat dan tiket yang di pegang oleh Fadil. "Atau kamu mau mikir dulu? Masih seminggu lagi berangkatnya. Masih ada waktu untuk berpikir," jelas Fadil pada adik perempuannya. Fadil meletakkan amplop cokelat itu dan tiket ke laur negeri di nakas. "Kamu pikirkan baik -baik. Tapi menurut kakak. Ini kesempatan emas kamu, Ay," jelas Fadil menasehati. Fadil mengecup kening Aya dan berdiri lalu meninggalkan Aya di kamar. Fadil sudah keluar dari kamar dan menutupnya lagi. Aya menegakkan duduknya dan bersandar pada sandaran tempat tidur lalu mengambil amplop cokelat serta tiket emas itu. Ia membaca satu per satu kontrak kerja dengan agencinya. Tawarannya sangat bagus dan menarik sekali. Pendapata Aya setiap bulan jelas dan cukup banyak. Kontrak hanya dua tahun saja. Dan Aya tidak boleh menyia -nyiakan kesempatan baik ini. Mungkin ini cara Tuhan mengatur jebahagiaan Aya. Pernikahannya batal, tetapi digantikan dnegan karir yang cemerlang. *** Satu minggu kemudian, Aya memilih bangkit dari kesedihannya. Ia meminta restu pada Kak Fadil untuk berangkat ke luar negeri dan menggapai cita-citanya. Selama dalam perjalanan di Pesawat, memori Aya kembali mengingat masa lalu. Masa-masa indah saat ia mengenal Panji. Diam-diam, Aya masih emnyimpan rindu dan ingin bertemu Panji. Aya hanya ingin tahu. Kenapa Panji tidak datang di hari pernikahan mereka?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN