Alfian terdiam dalam kebingungan yang memilukan, mencoba untuk memahami bagaimana seseorang bisa sebegitu kejamnya. Bagaimana mungkin ada yang sanggup merusak hidup seseorang tanpa belas kasihan, hanya demi memenuhi kepentingan pribadi? Air mata kini mengalir dari matanya yang terpaku, merasakan betapa terlukanya hatinya yang hancur oleh keputusan egois ayah mertuanya. Rasanya seakan-akan dunia ini terasa begitu gelap dan tak berarti, dihancurkan oleh tangan orang yang selama ini dia hormati karena merasa dia berhutang budi. Mengapa, oh mengapa, ayah mertuanya bisa begitu kejam? Itulah pertanyaan yang terus menghantuinya, menyisakan luka yang begitu dalam dan menyayat hati. Alfian bertekad, sekarang saatnya dia harus mengambil sikap, agar bisa terlepas dari semua kehidupan ini, dia tidak i