"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya Roy saat masuk ke dalam ruangan sahabatnya ini.
"Diamlah, dan di mana Radit? Kenapa lama?" Omel Malvin yang malas dengan teman-temannya yang malah terlambat.
"Tunggu sebentar lagi, kau ini seperti wanita sedang pms saja, lebih baik berikan aku minum, aku sangat haus." roy yang membuat Malvin menghela nafas panjangnya dan akhirnya meminta asistennya untuk memesankan minuman dan beberapa cemilan untuk sahabatnya.
Tak lama orang yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Radit bahkan langsung masuk dan duduk yang membuat Malvin menatapnya datar.
"Kenapa pria kaku ini? Aku hanya terlambat 15 menit, jangan menatapku seperti itu." Ucap Radit karena Malvin menatapnya.
"Sepertinya dia sedang pusing dengan istrinya." Ucap Roy terkekeh.
"Diamlah, lebih baik kalian cepat mulai metingnya, atau kalian pergi saja." Ucap Malvin.
"Sudah, dia lmsedang datang bulan, lebih baik kita cepat saja." Ucap Radit yang membuat Roy rasanya ingin tertawa.
*****
"Kau mau ke mana, Sayang?" Tanya Astrid.
"Aku mau belanja, Mom. Setelah itu pergi ke salon, lalu terakhir aku akan mampir ke kantor Malvin untuk mengajaknya makan siang." Ucap Clara tang membuat Astrid mengerti.
"Kalau begitu ayo belanja dengan Mommy, nanti Mommy juga akan pergi ke knntor Daddy. Mommy juga sudah lama tidak perawatan." Ucap Astrid yang membuat Clara tersenyum lebar.
"Waah asik nih, ayo Mom!" Clara malah bersemangat yang membuat Astrid rasanya semakin gemas, bahkan penampilan Clara hari ini sangat cantik, lengkuk tubuhnya sangat bagus dengan pakaian yang dia pakai hari ini, rambutnya juga teruai indah yang membuat penampilannya semakin menawan.
Astrid pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengambil tasnya baru mereka berangkat untuk berbelanja.
Mereka pergi menggunakan supir karena rencannya masing-masing dari mereka nantinya akan ikut dengan suami mereka.
Saat berbelanja, Astrid semakin heran karena Clara seperti sudah terbiasa masuk ke dalam toko dengan brand ternama, dia bahkan tidak melihat harga ketika memilih baju, berbeda denganara yang dulu, bahkan dia tidak akan berbelanja jika harganya mahal, tapi kini saat Clara berubah, dia seperti tidak segan-segan belanja mahal.
"Sayang, sebenarnya Mommy masih penasaran, kau berubah sangat drastis, jika dulu kau takut masuk brand terkenal, kini kau malah masuk seperti sudah terbiasa, bahkan kau mengambil baju tanpa melihat harga, kau bukan hanya merubah penampilanmu, tapi Mommy merasa jika ini bukan dirimu," ucap Astrid jujur saat mereka sudah berbelanja dan kini sedang di cafe untuk meminum kopi dan beristirahat sebentar.
"Maaf, Mom, apa aku belanja sudah keterlaluan? Tadinya aku belanja sedikit banyak dan memilih yang menurutku bagus dan cocok denganku, aku tidak melihat harga karena kupikir—
"Bukan-bukan, bukan soal harga atau uangnya, Sayang. Kau boleh belanja dan membeli apapun sesukamu, jika kartu yang diberikan Malvin kurang, kau bisa meminta kepda Mommy dan Daddy. Hanya saja maksut Mommy, kau sedikit aneh. Kau— benar-benar Clara kan?" Tanya Astrid dengan hati-hati,
Meskipun dia sendiri sebenarnya tau jika di depannya memang Clara, karena dia sama seperti Malvin, dia dan suaminya bahkan mengecek cctv di mana Clara tidak pernah bertemu dengan seseorang yang artinya dia benar-benar Clara, Astrid sudah mengecek semua lingkungan mansionnya, tidak ada penyusup atau yang lainnya yang mungkin saja mengaku menjadi Clara, tapi semuanya ternyata tidak ada yang mencurigakan.
"Mommy ragu jika aku bukan Clara?" Tanyanya dengan tersenyum, memang tidak heran jika memang orang rumah bingung, karena dia memang berubah sangat drastis.
"Hm, jika boleh jujur sedikit." Ucap Astrid yang membuat Clara terkekeh.
"Apa yang harus aku buktikan agar Mommy percaya jika aku adalah Clara?" Tanya Clara dengan santai.
"Entahlah, tapi dulu kau memiliki bekas luka di belakang telingamu." Ucap Astrid yang membuat Clara akhirnya memperlihatkan telingany.
"Mommy boleh melihatnya agar yakin jika aku benar Clara atau tidak." Ucap clara.
"Aku tidak akn marah, Mom. Hal ini wajar saja karena perubahanku." Ucap Clara terkekeh karena melihat mertuanya ragu.
Astrid akhirnya melihat belakang telinga Clara di mana di sana ada bekas luka, dulu Clara pernah mengalami kecelakaan dan membuat belakang telinganya di jahit, bekas jahitan itu membekas sampai sekarang.
Astrid tersenyum puas ternyata memang dia adalah Clara.
"Mom, aku mengakui jika aku berubah drastis dan mungkin membuat semuanya bingung, aku merasa aku hanya ingin merubah kebahagiaanku, sudah satu tahun kau menikahkanku dengan Malvin, tapi tidak ada peningkatan dalam hubungan kami, aku akan mencoba berubah demi mendapatkan hatinya. Aku rasa sudah cukup satu tahun ini, Mom. Aku juga berhak bahagia bukan? Aku juga ingin bergaul dengan yang lain, aku merasa harus berubah dan menjadi wanita yang pantas bersanding dengan Malvin dan menjadi menantu dari keluarga Johnson. Aku tau jika banyak di luaran sana yang mencaci makiku karwna merasa tidak layak menjadi bagian keluarga ini, dan sekrang aku akan membuktikan kepada mereka." Ucap Clara yang membuat Astrid merasa terharu.
"Aku tidak salah memilihmu menjadi menantuku, orang tuamu pasti akan sangat bangga memiliki putri sepertimu, kau sama baiknya dengan ornag tuamu." Ucap Astrid.
Mata Clara tiba-tiba saja mengembun ketika Astrid menyinggung orang tuanya, dia bukan hanya merasa kasihan dengan Clara, tapi jiwa Clarisa sendiri juga tiba-tiba mengingat bagaimana keadaan orang tuanya yang pasti menangisi raganya namun jiwanya malah masuk ke dalam raga orang lain.
"Kau putriku, jangan merasa jika kau tidak memiliki orang tua, Mommy sudah sering mengatakan itu bukan. Kau putriku meakipun jika dulu kau tidak menikah dengan Malvin." Ucap Astrid.
Clara akhirnya terswnyum lebar dan mengipas-kipas wajahnya.
"Mom, jangan membuatku menangis," ucap Clara yang membuat Astrid akhirnya tertawa.
Clara yang sekarang benar-benar menggemaskan.
Setelah sesi sedih-sedihan, mereka bersenang-senang kembali dengan melakukan perawatan wajah dan badan. Cukup lama mereka berada klinik kecantikan, dan terakhir mereka pergi ke kantor Malvin.
"Daddy di dalam juga, Mom?" Tanya Clara yang di angguki oleh astrid.
"Kau maauk saja dulu, Sayang. Mommy ingin membelikan Daddy kue di seberang," ucap Astrid.
"Biar Clara temani. Mom."
"Tidak perlu, kau langsung masuk saja ke dalam ruangan Malvin, kau masih ingat kan? Karena kau sangat lama tidak datang ke sini." Ucap Astrid.
"Aku akan bertanya jika lupa, Mom. Mommy hati-hati ya." Ucap Clara yang di angguki oleh Astrid.
Clara masuk ke dalam kantor Malvin, di sana banyak sepasang mata yang melihat ke arahnya, dia juga mendengar bisikan jika dirinya cantik.
"Tentu saja, Clara sudah berada ditangan yang tepat, ini baru karyawannya, nanti bosnya yang akan aku buat melongo dengan kecantikan Clara." Batin Clara tersenyum.
Clara mengingat lantainya, namun dia lupa tepatnya di mana ruangannya.