"Mbak?" pada akhirnya Doni hanya menatap dinding yang diam. Dari jarak lima meter laptop masih menyala menampilkan deretan pesan yang belum dibalas, ank remaja yang memakai kaos oblong itu celingak-celinguk mencari keberadaan si pemilik bisnis. Namun pandanganya pindah ke pintu kamar yang tertutup dengan rapat, karena berhubung ruko atau bangunan ini memang di seperti rumah hunian. Lengkap dengan tiga kamar dan juga kamar mandi, hanya saja di lantai bawah tidak ada sekat sedikitpun. "Siang-siang begini masih aja perang." gerutu anak remaja itu menggelengkan kepalanya, apakah seperti itu jiwa-jiwa pengantin baru? Demikian bucinya sampai-sampai merelakan pekerjaan. Doni berjalan menuju meja kerja Laras yang baru, benar kan' banyak sekali pesan yang belum di balas. Benar-benar wanita itu.

