Bab 1 - Bos Baru Si Hot Duda

712 Kata
"Duda bukan sembarang duda. Katanya, sih, usianya masih tiga puluhan. Lagi di tahap matang sempurna atau hot-hot-nya gitu loh.” Baiklah, gibah antar para staf wanita resmi dimulai! Apalagi ini masih jam istirahat dan belum waktunya bekerja. "Lebih tepatnya 34 tahun. Memangnya boleh se-hot ini?” "Kata temanku yang anak gudang, ada yang pernah lihat secara langsung rupa calon bos baru kita ini. Rasanya nggak berlebihan kalau dipanggilnya hot duda. Kalau soal ganteng jangan ditanya, tubuhnya itu loh proporsional dan cocok kalau jadi model. Peluk-able banget." "Ih, jadi penasaran pengen lihat orangnya...." “Ih, jadi pengen peluk orangnya,” timpal yang lain. "Kesempatan nih buat yang belum pada nikah, keluarkan effort kalian buat menarik perhatian bos baru ini. Sayangnya aku udah nikah, nggak mau ikut-ikutan." "Setelah bertahun-tahun bos kita cewek terus, mana galak. Akhirnya ada bahan buat cuci mata juga." "Dan yang paling utama adalah ... bos baru kita ini duda tanpa buntut, nggak ada cerita diribetin sama anak dari mantan istrinya deh." Eva yang tadinya hanya mendengar obrolan rekan-rekan satu divisinya dan tidak ada niatan untuk nimbrung, akhirnya terpancing untuk ikut berbicara. "Dudanya karena cerai mati atau cerai hidup nih? Jangan-jangan nanti diribetin sama mantan istri sekalipun nggak ada buntut," ucap Eva. "Selain itu, kalau cerai hidup ... alasan cerainya apa? Jangan-jangan karena kesalahan dari pihak laki-laki yang redflag. Enggak mungkin, kan, ada perceraian yang tanpa alasan," sambung Eva. “Evarha Dian Syafanina! Kamu bikin kami jadi overthinking aja.” Sedangkan yang lain malah tertawa. “Belum nikah aja sok paling tahu kamu, Ev.” “Seenggaknya Eva punya pacar,” timpal yang lain. “Jangan lupa, mantan kakak iparnya juga ngincar buat ngajakin turun ranjang. Hahaha.” “Enggak asyik, kenapa harus bawa urusan pribadi?” Eva berpura-pura merajuk. “Tapi serius loh Ev, kamu pasti penasaran sama bos baru kita semua ini, kan? Apalagi nantinya kamu yang paling sering mendampingi ke mana-mana. Pasti happy, kan, kamu tahu bos-nya idaman begini?” Eva hanya tersenyum. Itu lebih baik daripada berdebat. Padahal punya bos baru itu seperti sedang bertaruh, tidak ada yang pernah tahu kalau bos barunya itu memberikan kabar baik atau buruk. Bagaimana kalau menjelma bak mimpi buruk saking rese-nya? “Nanti dia mau ke sini, kan?” Rupanya pembicaraan soal bos baru mereka masih berlangsung. “Tunggu, bos baru kita mau ke sini?” tanya Eva agak terkejut. “Bukannya besok mulai ngantor-nya?” sambungnya. “Ngantor-nya, sih, besok. Tapi mungkin ke sini hari ini buat mampir doang dan lihat-lihat aja.” “Duh, jadi makin nggak sabar.” “Ada yang tahu siapa namanya? Mau aku jampi-jampi supaya nantinya langsung terpesona sama aku,” canda yang lain. “Ardi.” Meskipun sudah enggan menimbrung lagi, tapi Eva masih mendengarkan mereka. Jadi namanya Ardi. Kenapa harus Ardi? Bagaimana tidak, seseorang di masa lalu Eva juga bernama Ardi. Namun, bukan berarti mereka Ardi yang sama karena kemungkinannya sangat kecil. Lagian Ardi yang pernah Eva kenal hampir mustahil berada di sini. “Nama lengkapnya dong. Mana mungkin jampi-jampi cuma nick name-nya doang.” “Yang pasti bukan Ardiansyah Kusuma Wardana,” jawab Eva dalam hati. “Namanya Ardiansyah Kusuma Wardana,” jawab rekan kerja Eva yang lain. Tunggu, ini gila! Kenapa namanya sangat identik dengan seseorang yang pernah Eva kenal? Apa mungkin kebetulan bisa seluruhnya dari nama lengkap hingga nama panggilan? Eva segera menggeleng. Ardi yang ia kenal dulu, pindah ke luar negeri dan tidak mungkin berada di sini yang hanya kantor cabang di pinggiran kota dan cukup jauh dari pusat kota! "FYI dia pernah tinggal di Aussie selama beberapa tahun, jadi kalian jangan sok Enggres dan malu-maluin, ya. Haha." Tidak! Kenapa kebetulannya condong ke satu arah yang seolah menjadi petunjuk kalau itu Ardi yang pernah Eva kenal. "Siang, apa saya mengganggu waktu istirahat kalian?" Suara berat yang terdengar sangat manly itu ... berasal dari arah pintu masuk. Sontak ruangan mendadak sepi dan hampir semuanya menoleh ke sumber suara. Tak terkecuali Eva yang merasa familier dengan suara berat yang pernah hampir setiap hari ia dengar itu. Rupanya ... itu memang Ardi yang Eva kenal. Seseorang yang pernah mengisi hari-hari Eva lima tahun yang lalu sekaligus tinggal bersama. Ya, mereka pernah tinggal bersama. Oh tidak, bos baruku itu ternyata bukan sekadar hot duda, melainkan mantan suamiku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN