bc

Dendam dalam Pelukan

book_age18+
5
IKUTI
1K
BACA
BE
heir/heiress
tragedy
sweet
like
intro-logo
Uraian

Larissa pernah menyerahkan segalanya kepada Raka—cinta, keyakinan, bahkan harga dirinya. Tapi Raka pergi, meninggalkannya dengan luka yang tak pernah sembuh.

Sepuluh tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali. Raka sudah beristri dan punya anak, sementara Larissa telah menjelma perempuan yang dingin dan berkuasa.

Cinta lama kembali menyala, tapi kali ini bukan hanya cinta… ada dendam yang menuntut balas.

Dalam pelukan yang seharusnya memberi kehangatan, mereka justru terjerat dalam permainan penuh rahasia, perselingkuhan, dan pengkhianatan.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
Malam itu, di sebuah kota kecil tempat Larissa tumbuh terasa begitu hening. Lampu jalan berkelip samar, menyoroti trotoar yang basah karena hujan sore tadi. Gadis itu duduk di bangku kayu tua dekat taman, menatap kosong ke arah jalan raya. Pikirannya tak bisa jauh dari satu nama Raka. Laki-laki yang berhasil menembus pertahanan hatinya sejak SMA, dan sekaligus orang yang membuat hidupnya terjebak dalam lingkaran luka. Hubungan mereka dulu tidaklah sederhana. Dari awal, Larissa tahu dirinya telah meletakkan seluruh jiwa pada Raka. Ia percaya, setiap janji yang diucapkan laki-laki itu akan menjadi pengikat selamanya. Begitu banyak hari mereka lewati dengan tawa, saling menyemangati saat ujian sekolah menumpuk, bahkan merancang masa depan dengan polosnya. Namun, keyakinan itu runtuh pada malam dengan penuh air mata. Raka memintanya bertemu di halaman sekolah yang sudah sepi. Nada suaranya bergetar, wajahnya terlihat menahan sesuatu. Larissa masih ingat betul bagaimana tangan Raka menggenggam jemarinya dengn begitu erat. “Aku harus pergi, Larissa,” ucapnya dengan nada pelan, seolah kalimat itu begitu berat keluar dari mulutnya. Larissa menatapnya tak percaya. “Pergi? Maksud kamu apa, Raka? Kita sudah bicara soal kuliah bersama, soal hidup bersama. Kenapa tiba-tiba ” “Keluargaku memutuskan pindah ke Jakarta. Ibuku sudah menentukan jalan untukku. Aku tidak bisa melawan ris.” Suara Raka bergetar, matanya memantulkan penyesalan. Larissa merasa dadanya dihantam sesuatu. “Tapi… kenapa? Kenapa seolah-olah semua yang kita rencanakan tidak ada artinya?” Raka hanya diam, lalu menarik napas panjang. “Ibuku tidak pernah benar-benar merestui hubungan kita. Baginya, aku sudah punya jodoh yang lebih pantas, anak sahabat dekatnya sendiri. Aku… aku bahkan tidak bisa memilih.” Hening menggantung di antara mereka. Larissa merasa bumi berguncang, seakan semua yang ia bangun runtuh dalam sekejap. Ia menatap Raka dengan mata berair. “Jadi… semua janji itu hanya mainan bagimu? Semua kata-kata tentang masa depan, tentang menikah, tentang membangun rumah bersama, hanya omong kosong?” suaranya bergetar, hampir pecah. Raka menggenggam tangannya lebih erat. “Tidak, Larissa. Aku tidak pernah main-main denganmu. Kamu tahu betul itu.” Larissa menggeleng, air mata jatuh begitu saja. “Kalau memang tidak main-main, kenapa kamu tega meninggalkan aku setelah aku memberikan segalanya padamu? Aku bahkan sudah menyerahkan kehormatanku, Raka. Sesuatu yang tidak akan pernah bisa aku tarik kembali.” Kata-kata itu keluar seperti pisau yang menusuk jantungnya sendiri. Ia masih ingat jelas malam di mana ia mempercayakan segalanya kepada Raka. Malam penuh rasa takut sekaligus keyakinan, saat ia benar-benar percaya laki-laki itu adalah orang yang akan menjadi suaminya kelak. Ia tidak menyesal, karena saat itu cinta mereka terasa begitu nyata. Tapi kini, ketika semua rencana berantakan, penyesalan itu kemudian menjeratnya. Raka terdiam. Wajahnya pucat, matanya penuh penyesalan. “Aku tahu, Larissa… aku tahu. Aku salah. Tapi percayalah, aku tidak pernah berniat mengkhianatimu. Aku terjebak. Aku tidak bisa melawan ibuku.” Larissa melepaskan genggaman tangannya dengan kasar. “Cukup, Raka. Jangan beri aku alasan. Kau boleh bilang kau mencintaiku, tapi nyatanya kau memilih diam. Kau memilih untuk menyerah dengann hubungn ini. Dan yang lebih kejam, kau meninggalkan aku sendirian dengan luka yang tak akan pernah bisa sembuh.” Air matanya semakin deras. Ia berbalik, melangkah pergi dengan tubuh bergetar. Di balik langkahnya yang berat, Larissa merasa dirinya hancur. Bukan hanya karena ditinggalkan, tetapi karena ia tahu dirinya telah memberikan sesuatu yang tak akan pernah bisa diulang. Hari-hari setelah kepergian Raka menjadi neraka bagi Larissa. Setiap sudut kota mengingatkan pada laki-laki itu. Bangku taman tempat mereka biasa bercanda, kafe sederhana yang selalu mereka kunjungi sepulang sekolah, bahkan jalan menuju rumahnya terasa begitu sepi tanpa suara Raka. Larissa mencoba menata hati, tetapi luka itu terlalu sudah tertanam terlalu dalam. Setiap malam, ia menangis hingga ia tertidur, hanya untuk terbangun dengan rasa sakit yang sama. Teman-teman di sekolah sempat bertanya mengapa ia terlihat murung, tetapi Larissa sangat pandai menyembunyikan luka di balik senyum tipis. Waktu terus berjalan, namun sakit hati itu tidak pernah benar-benar sembuh. Larissa belajar menyembunyikan perihnya di balik ambisi. Ia membungkus hatinya dengan tekad baru: menjadi perempuan yang kuat, yang tidak lagi mudah dijatuhkan. Ia sadar, satu-satunya cara bertahan adalah membuktikan dirinya mampu berdiri tanpa siapa pun, termasuk Raka. Tahun demi tahun berganti. Larissa menata hidup dengan gigih. Ia kuliah sambil bekerja paruh waktu, menabung sedikit demi sedikit, hingga akhirnya bisa lulus dengan prestasi membanggakan. Dunia kerja pun membukakan pintu baginya. Dari seorang pegawai biasa, ia naik perlahan hingga mendapat posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Semua pencapaiannya bukan semata karena kecerdasan, melainkan juga karena luka yang tak pernah berhenti mendorongnya untuk terus berlari. Namun, di balik semua itu, Larissa tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Setiap kali ia menatap langit malam, ada bayangan Raka yang masih membekas. Wajah itu, senyum itu, janji-janji manis yang dulu ia percaya. Luka dan cinta bercampur menjadi satu, menjadi bagian dari dirinya yang tidak bisa ia buang. Larissa tahu, suatu hari mungkin takdir akan mempertemukan mereka lagi. Dan bila itu terjadi, ia bersumpah tidak akan lagi menjadi gadis lemah yang percaya pada janji manis. Jika Raka kembali hadir dalam hidupnya, ia akan memastikan bahwa laki-laki itu merasakan perih yang sama seperti yang ia alami bertahun-tahun lalu. Malam di apartemennya terasa sunyi. Larissa menatap bayangannya di cermin, mengenakan gaun kerja yang elegan, riasan sederhana, dan senyum tipis yang membuatnya terlihat begitu berwibawa. Dari seorang gadis polos yang pernah hancur, ia kini menjelma menjadi wanita yang disegani. Tetapi di balik sorot mata tajamnya, ada rahasia yang tak pernah bisa dihapus: nama Raka yang masih mengendap di sudut hati. Di depan cermin itu, Larissa berbisik pada dirinya sendiri, seolah sedang menyusun janji baru. “Kalau takdir membawamu kembali padaku, Raka, aku akan pastikan kau tidak akan pernah tenang. Aku akan membuatmu merasakan, bagaimana rasanya ditinggalkan dalam gelap tanpa ada cahaya dan harapan.” Larissa menegakkan tubuhnya, lalu mematikan lampu kamar. Malam itu, ia kembali tertidur dengan perasaan yang tak pernah benar-benar hilang: cinta yang menyakitkan, bercampur dengan dendam yang menunggu saatnya untuk meledak. Dan begitulah, kisah yang dulu berakhir dengan perpisahan, sesungguhnya belum benar-benar usai. Takdir hanya menunda, hingga waktu yang tepat tiba untuk mempertemukan mereka kembali.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
291.7K
bc

Too Late for Regret

read
214.2K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.4M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.1M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
122.2K
bc

The Lost Pack

read
252.2K
bc

Revenge, served in a black dress

read
121.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook