Vivian duduk dengan menunduk di hadapan ibu mertuanya. Ia hanya mampu menahan air mata yang hampir tumpah dengan meremas rok yang dikenakannya. “Ibu, gak minta kamu cerai sama Alan … tapi ibu minta keikhlasan kamu sebagai istri untuk mempersilahkan Alan berpoligami. Ibu tahu ini berat Vi, tapi keluarga ini butuh keturunan…” “Sudah bu, cukup! Aku tidak akan menikah lagi! Istriku hanya Vivian!” tolak Alan dengan nada tinggi pada ibunya. “Mas, jangan…,” cegah Vivian cepat menahan suaminya agar tidak emosi. “Aku gak bisa Vi…,” bisik Alan sambil mengelus punggung istrinya. Bagaimana bisa ia mengkhianati wanita yang begitu dicintai dengan menikah lagi. Bisa menikahi Vivian adalah impian yang menjadi kenyataan untuk Alan. Ia telah mencintai Vivian sejak istrinya masih menjadi kekasih sahaba

