"Aku sudah muak, Bunga. Sudahlah, kita cerai saja." Mata Bunga melebar tak percaya, bibirnya terbuka seakan ingin membantah namun tak ada kata-kata yang keluar. "Cerai?" ucapnya akhirnya dengan suara tercekat, nada terkejut dan tak percaya bercampur aduk. Ruangan tiba-tiba sunyi. Suasana tegang, hanya terdengar detak jam dinding yang berdetak pelan, seakan menghitung detik-detik penuh ketidakpastian di antara keduanya. Bunga mencoba menenangkan dirinya, pikirannya berputar cepat. Ia menolak melepaskan Kenzi dengan mudah. Dalam hatinya, ia berbisik, “Sabar, Bunga. Jangan menyerah. Kamu hanya perlu bertahan sebentar lagi. Uang simpanan dari om Kenzi masih cukup banyak di tabungan. Om Kenzi mesin uangku.” Ia mengatur nafasnya dan berkata dengan suara yang lebih tenang namun tegas, "Tidak

