Setiap kali Isabella berpaling, dia bisa merasakan panas tatapan itu—seperti tangan tak terlihat yang menyentuh lekuk lehernya, menelusuri tulang selangkanya, menggenggam erat jantungnya yang berdegup kencang. "Belle?" Suara Matteo menyentak kesadarannya. Suaminya berdiri di sampingnya, tangan hangatnya menyentuh siku Isabella. "Kau baik-baik saja? Kau terlihat... jauh." Isabella memaksakan senyum. "Hanya lelah, sayang." Dia tidak sadar telah bersandar lebih dekat ke Matteo, sampai bahunya menyentuh d**a suaminya. Bodoh, bisik hatinya. Ini hanya untuk dilihat Leonardo. Tapi ketika dia melirik ke sudut ruangan— Leonardo tersenyum. Senyum kecil yang sinis, seolah dia tahu. Isabella menggigit bibir dalamnya. Tidak. Dia tidak akan menang. Dengan gerakan tiba-tiba, dia meraih tangan Ma

