89. Tidak Pernah Pasti

1161 Kata

“Maafkan aku, Ivan,” Scarlet berucap dengan nada yang dipenuhi oleh kelembutan. “Tapi aku perlu mengetahui perasaanmu yang sebenarnya tentang ku.” Ivan mendudukkan tubuhnya ke sofa yang ada di ruang tengah dengan kaki berselonjor kedepan. Pria itu menyandarkan satu sikunya ke sandaran sofa sementara menggunakan jemarinya untuk menopang kepalanya yang kelelahan. Scarlet menunduk dan berlutut diantara kedua kaki Ivan. Tangan Scarlet terjulur meraih paha pria itu. “Bersama denganmu, jauh lebih berarti daripada orang-orang yang ada dalam daftar buruanku, Ivan,” Scarlet berkata. “Aku ingin memastikan bahwa kaupun merasakan hal yang sama denganku. Karena selama ini, aku selalu merasa menjadi nomor dua dibandingkan dengan pekerjaanmu. Katakan aku egois, tapi aku ingin lebih. Aku ingin menjadi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN