29

2014 Kata

Aku berjalan pelan menuju kelas, Damai emang nyebelin. Dia cuma ngasih aku makan satu pentol buat aku yang masih kelaparan habis ujian seleksi padahal udah jelas banget dia ngeliat wajahku yang penuh pengharapan untuk dibuat kenyang. Namun bukan Damai namanya kalau dia pengertian. Aku memandang tangga yang harus kunaiki agar bisa ke kelasku. Aku mau ke kelas walau rasanya nanggung amat karena bentar lagi istirahat. Tapi aku nggak punya uang lagi yang tersisa jadi kurasa ide bagus jika aku numpang makanan ke Erika aja. Aku tertawa terkekeh, merasa punya rencana licik yang brilian. Mikirnya gitu tapi kenyataannya sebelum naik, tanganku sudah ditarik. Aku reflek ingin memelintir tangan yang menarikku lalu membantingnya ke lantai seandainya dia nggak mencegat kakiku.   "Ini aku," katanya d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN