Perjalanan memakan waktu 3 hari benar-benar dilewati Xiao Rou bersama sang Jendral. Lukanya sudah mulai menghilang, meski ada beberapa bekas luka yang belum bisa hilang. Sementara itu, Xiao Rou masih dalam kepura-puraannya.
Jelas gadis itu mengambil langkah aman untuk menghindari konflik yang akan terjadi di istana nanti. Kedatangan Xiao Rou ke sebuah istana menggemparkan seluruh kerajaan yang ia kenal saat ini.
Terlihat kedatangan Xiao Rou begitu dinantikan, para rakyat terlihat antusias akan kembalinya sang Putri. Sang Jendral pun tidak bisa berbuat banyak dengan apa yang terjadi, berita buruk itu harus segera disampaikan. Berita buruk tentang hilangnya ingatan sang Putri membuatnya sedikit shock.
"Selamat datang kembali, Jendral Besar Guan Fei," salam seseorang lelaki tampan sambil mendekati sang Jendral.
"Hormat hamba pada Pangeran Yi Luo," jawab Guan Fei sambil membungkuk hormat.
Xiao Rou yang melihat kedatangan sang Pangeran segera bersembunyi di balik tubuh sang Jendral.
"Selamat datang kembali, Putri Xiao Rou," sapa sang Pangeran, Xiao Rou hanya bisa terdiam sambil terus bersembunyi di balik tubuh kekar Guan Fei.
"Pangeran, ada sedikit masalah." Guan Fei mengalihkan pandangan sang Pangeran.
"Katakan," jawab sang Pangeran yang kini berwajah serius.
"Bisa kita berbicara dengan Yang Mulia Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri? Karena ini menyangkut Putri Xiao Rou," saran sang Jendral.
"Ikuti aku, tetapi sebelumnya panggilkan pelayan untuk mengurus Putri," jawab sang Pangeran sambil menatap keadaan Xiao Rou yang begitu lusuh.
"Baik, Pangeran," jawab Guan Fei yang langsung saja memanggil beberapa pelayan.
"Kalian layani yang baik Yang Mulia Putri," titah Guan Fei yang langsung saja diangguki beberapa pelayan istana.
Xiao Rou akhirnya dibawa pergi bersama dengan para pelayan meski wajahnya terlihat cemas. Guan Fei bersama sang Pangeran berjalan memasuki aula istana hingga sampai di singgasana sang Kaisar dan Permaisuri. Terlihat di sana para Pangeran yang juga hadir. Para selir pun datang beserta Ibu Suri yang terlihat diam dalam seribu kelicikan di kepalanya.
"Jendral Guan Fei, akhirnya kau menemukan Putri Xiao Rou, bagaimana dan di mana kau menemukannya?" tanya sang Kaisar tanpa berbasa basi.
"Hamba menemukan Beliau di hutan Kerajaan Xia Pi, Yang Mulia. Hamba memang menemukannya akan tetapi, Yang Mulia Putri tidak mengingat hamba sama sekali."
"A-apa?" Permaisuri terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakan sang Jendral.
"Apa maksudmu, Guan Fei?" seorang Pangeran bersurai merah bangkit dari duduknya dan menatap tajam sang Jendral.
"Yang Mulia Putri, tidak ingat apa pun dan siapa pun, Pangeran Xuan Tian," jawab sang Jendral.
"Apa mungkin karena ia terjatuh dari tebing dan kepalanya terbentur bebatuan?" gumam Pangeran Xuan Tian.
"Mungkin karena Putri Xiao Rou terjatuh dari tebing dan terbentur batu," ujar Ibu Suri dengan wajah datarnya.
"Apa kau sudah benar-benar memastikannya, Guan Fei?" tanya Putra Mahkota dengan segala keangkuhannya.
"Hamba sangat yakin, Yang Mulia Putra Mahkota," jawab Guan Fei mantap meski sebenarnya ia sedikit ragu.
Keraguannya terpaksa ia singkirkan karena keadaan istana memang sedang kacau, mungkin lebih baik Xiao Rou benar-benar hilang ingatan dan pergi menghilang dari kerajaan yang menyeramkan ini.
"Ini buruk, jika ia tidak mengingat siapa dirinya, bahkan tidak mengenal kita, sudah dipastikan ia akan lebih memberontak dari biasanya," ujar seorang pangeran bersurai pendek dengan manik merahnya.
"Adikku yang malang," gumam Pangeran Shi Jing dengan wajah lesunya.
"Kau harus membayarnya, Xuan Tian." Kini Pangeran Wu Xin angkat bicara.
"Aku tahu ini salahku, aku akan bertanggung jawab," jawab Pangeran Xuan Tian pasrah.
"Tidak perlu, biarkan Putri Xiao Rou tidak mengetahui apa pun. Anggap saja dia memang orang luar istana, mudah bukan?!" celetuk sang Ibu Suri.
Semua mata kini tertuju padanya, tatapan tajam pun dilayangkan dari semua Pangeran bahkan Kaisar sekalipun.
"Ibu Suri, aku tidak meminta pendapatmu," jawab sang Kaisar.
"Nenek licik itu benar-benar ingin sekali aku tebas tepat di kepalanya!" gumam Pangeran Zhao Lang kesal.
Ibu Suri hanya membuang pandangannya ke arah lain menahan malu dengan jawaban sang Kaisar.
"Kalian para Pangeran, aku membebaskan tugas kalian untuk sementara menemani Putri Xiao Rou hingga ingatannya kembali. Kalian mengerti?!" titah sang Kaisar.
"Baiklah, Yang Mulia," jawab mereka serentak.
"Yang Mulia Putri Xiao Rou memasuki aula," ucap seorang penjaga memberitahukan kedatangan sang Putri.
Xiao Rou memasuki aula dengan pakaian yang sering ia kenakan saat dulu, dengan anggun sang Putri berjalan hingga berdiri tepat di depan sang Kaisar dan juga Permaisuri. Gadis itu memberi hormat dan setelah itu kembali menatap sang Kaisar.
"Selamat datang kembali, Putriku," ucap sang Kaisar dengan penuh kewibawaannya.
"Maafkan hamba, Yang Mulia Kaisar. Apa ada seseorang yang bisa menjelaskan siapa diriku dan kalian semua?" jawab Xiao Rou dingin.
Semua orang seketika terdiam, Putri Xiao Rou dahulu sangatlah ramah dan juga sangat takut akan sang Kaisar beserta kedelapan Pangeran. Akan tetapi, kini Xiao Rou terlihat begitu dingin dan tidak tersentuh sama sekali. Kini mereka yakin, jika Xiao Rou benar-benar hilang ingatan.
"Kau sangat tidak sopan, Putri," ujar Ibu Suri terlihat geram pada Xiao Rou.
"Maafkan ketidak sopananku karena aku benar-benar tidak mengingat kalian," jawab Xiao Rou sambil menatap tajam sang Ibu Suri.
"Lancang sekali–"
"Cukup!" potong sang Kaisar.
"Aku adalah Kaisar Sun Hong Lie, dan di sebelahku adalah Permaisuri Sun Xiao Yu. Dan kau adalah Putri Sun Xiao Rou, Putri kami," jelas sang Kaisar.
Xiao Rou terdiam, ia sangat tahu itu akan tetapi saat ini lebih aman untuk berpura-pura. Apalagi saat ini para predator yang berstatus Pangeran itu kini berkumpul di sana. Xiao Rou mengangguk mengerti, saat melihat sang Permaisuri sudah mulai berkaca-kaca gadis itu memilih memalingkan wajahnya.
"Dan mereka adalah para pangeran dan Putra Mahkota, mereka adalah kakak tirimu, Putri Xiao Rou," jelas sang Kaisar, Xiao Rou kini menoleh ke arah para Pangeran yang terlihat sedih menatap dirinya.
Xiao Rou hanya sedikit menoleh dan kembali terfokus pada sang Kaisar. Merasa diabaikan, para Pangeran sedikit geram dengan tingkah laku arogan sang Putri.
"Apa ada yang perlu hamba ketahui lebih lanjut, Yang Mulia?" tanya Xiao Rou sambil menatap sang Kaisar.
"Tidak ada, kami hanya ingin kau mengetahui jati dirimu, Putri," jawab sang Kaisar yang kini terlihat sedikit lesu karena dinginnya sang Putri.
"Kalau begitu hamba mohon undur diri, sebelum itu hamba ingin Jendral Guan Fei berada di sisi hamba, Yang Mulia Kaisar," pinta Xiao Rou dan sang Kaisar hanya mengangguk menyetujui.
"Jendral Guan Fei, aku perintahkan dirimu untuk menjaga Putriku," titah sang Kaisar.
"Dilaksanakan, Yang Mulia," jawab Jendral Guan Fei patuh.
Xiao Rou membungkuk hormat lalu memutuskan undur diri, Guan Fei pun mengekori sang Putri diikuti para dayang yang melayani dirinya. Sesampainya di kediaman miliknya Xiao Rou menghembuskan napasnya berat.
"Kalian bisa pergi, tinggalkan aku bersama Jendral Guan Fei," ujar Xiao Rou dingin, para dayang pun meninggalkan kediaman sang Putri sambil menunduk hormat.
Xiao Rou jatuh terduduk, kedua kakinya lemas dan tubuhnya gemetar.
"Putri, Anda baik-baik saja?" tanya Guan Fei cemas.
"Aku benci tempat ini," gumam Xiao Rou terdengar begitu lirih, tetapi tetap tertangkap di pendengaran sang Jendral.
"Hamba tahu, Anda begitu ketakutan di sana. Meski wajah dan tekstur tubuh Anda begitu terlihat dingin. Hamba tahu, Anda membentengi diri Anda dengan mereka semua." Guan Fei mencoba menenangkan sang Putri.
"Katakan padaku, apa yang terjadi dengan diriku hingga tidak mengingat apa pun?" pinta Xiao Rou dengan wajah sendu.
"Anda terjatuh dari tebing saat jalan-jalan bersama Pangeran Xuan Tian, Putri."
'Bohong!' batin Xiao Rou menjerit.
"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri?" tanya Xiao Rou lirih.
"Baiklah, Putri. Selamat beristirahat," jawab Guan Fei sambil memberi hormat dan meninggalkan Xiao Rou sendiri.
Gadis itu bangkit membersihkan sedikit pakaiannya dan menatap pintu kediamannya yang sudah tertutup.
"Entah mengapa aku merindukan mereka dan si Pangeran Albino," gumam Xiao Rou lirih.
Xiao Rou membuka lengan pakaiannya dan melihat beberapa luka yang masih saja mengeluarkan darah.
"Aku merindukan Li Jie yang bisa menyembuhkan semua luka ini," lanjut Xiao Rou sambil membuka pakaian indahnya.
"Meskipun ada beberapa luka yang benar-benar tidak bisa hilang," ujar Xiao Rou saat melihat ada luka gores panjang yang berada di punggungnya.
Dari kejauhan seseorang melihat luka di tubuh Xiao Rou, lelaki itu melihat lewat jendela yang terbuka dari kediaman sang Putri. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya saat mengingat apa yang terjadi pada tubuh sang Putri.
"Xiao Rou ...."
***
Hari menjelang pagi, tetapi entah mengapa suhu ruangan begitu hangat. Xiao Rou yang merasa ada yang aneh dengan tubuhnya kini terasa hangat membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya saat ia melihat seorang lelaki bersurai hitam dengan wajah angkuhnya dengan santai memeluk tubuh Xiao Rou.
"Terlalu pagi untuk kau bangun, Xiao Rou," bisik lelaki itu membuat bulu halus gadis itu meremang.
"K-kau!" Xiao Rou bangkit dan langsung saja menjauh dari lelaki tampan di atas ranjangnya.
"Mengapa kau begitu takut padaku? Di aula kau berani bersikap arogan di hadapan Ayah," ejek lelaki itu sambil berjalan mendekat ke arah sang Putri.
"Bersiaplah, kau akan menemui para Pangeran yang lain. Dan jangan lupakan aku untuk yang kedua kalinya, Xiao Rou. Aku adalah Sun Liu Jun, Putra Mahkota dan juga tunanganmu," bisik Liu Jun membuat Xiao Rou menahan napasnya.
Pangeran itu keluar begitu saja dari kediaman Xiao Rou, gadis itu kembali jatuh terduduk. Tiba-tiba saja trauma itu kembali menerjang, tubuhnya menggigil hingga pandangannya mulai mengabur.
"Ren Xi ...," gumam Xiao Rou.
Hanya Ren Xi yang dapat mengatasi rasa trauma itu, hanya Ren Xi yang dapat mendekati Xiao Rou. Meski tatapan Ren Xi terhadapnya selalu dingin karena Ren Xi pun tidak dapat melihat Xao Rou, gadis itu merasa lebih baik berdekatan dengan Ren Xi.
Semakin lama pandangan matanya mulai tidak terlihat hingga tubuh gadis itu sedikit membentur lantai karena tidak sadarkan diri. Para dayang memasuki kediaman Xiao Rou dan berteriak saat melihat sang junjungan tidak sadarkan diri di lantai.
"Panggil tabib!" ucap Guan Fei yang baru saja datang saat melihat para dayang berkumpul di luar ruangan.
Suara kerusuhan para dayang dan yang beberapa pengawal terdengar hingga ke kediaman para Pangeran.
"Pangeran Ding San, Putri Xiao Rou jatuh sakit," lapor seorang prajurit yang memang dipekerjakan untuk mengawasi sang Putri oleh Pangeran Ding San.
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Ding San menatap tidak percaya ke arah prajurit itu.
"Hamba melihat Pangeran Putra Mahkota keluar dari kediaman sang Putri, setelah itu para dayang berteriak histeris menemukan Putri tergeletak di lantai," jawab prajurit itu.
"Sial! Apa yang dilakukan Kakak?!" rutuk Ding San geram.
"Kumpulkan para Pangeran dan Putra Mahkota," titah Ding San.
"Ba-baik, Pangeran," jawab prajurit itu gugup.
Tidak membutuhkan waktu lama mereka semua kini telah hadir di pavilliun yang cukup luas milik Pangeran Ding San.
"Ada apa kau memangil kami?" tanya lelaki bersurai panjang hitam legam dengan kupu-kupu putih yang berterbangan di sekitarnya.
Sun Yuan Xi, Pangeran kedua dari Selir Kwan An. Berusia 23 tahun, memiliki wajah dingin dan sifat kejam, juga tidak pandang bulu. Siapa pun akan ia tebas tanpa merasa takut sedikit pun akan hukuman yang jatuh pada dirinya. Menjadi salah satu dari ke 10 Jendral perang di Kerajaan Shang Zu. Menyayangi Xiao Rou meski dengan cara yang kejam sekalipun.
"Ini mengenai Putri Xiao Rou yang jatuh sakit, apa yang kau lakukan, Pangeran Liu Jun?" jawab Ding San sambil menatap tajam sang Putra Mahkota.
Sun Ding San, Pangeran ketiga dari Selir Kwan An. Berusia 22 tahun, berparas tegas dan memiliki rasa wibawa yang tinggi, tenggang rasa dan juga kejam meskipun tidak seperti sang kakak. Menjadi salah satu dari 10 Jendral Perang di Kerajaan Shang Zu seperti kakaknya. Menyayangi Xiao Rou dengan cara yang lembut.
"Aku hanya memperkenalkan diri pada tunangan kita," jawab Liu Jun santai.
Sun Liu Jun, Pangeran pertama dan menjadi Putra Mahkota dari Selir Xie Fei. Berusia 25 tahun, lelaki arogan dan tidak ingin kalah dari siapa pun. Tidak terlalu menyukai Xiao Rou karena sifat gadis itu yang selalu menentang dirinya.
"Kau terlalu gegabah, Liu Jun," ujar Shi Jing dengan wajah datarnya.
Sun Shi Jing, Pangeran keempat dari Selir Da Qiao. Berusia 22 tahun, lelaki datar yang selalu bersikap serius. Ia memiliki penglihatan masa depan, akan tetapi ia tidak dapat melihat masa depan Xiao Rou. Salah satu ahli strategi perang milik Kerajaan Shang Zu. Menyayangi Xiao Rou sebagaimana seorang kakak terhadap adiknya.
"Sejak pertama kali melihatnya datang, Xiao Rou sudah terluka. Banyak luka di sekujur tubuhnya, apa yang terjadi?" jawab Yi Luo dengan wajah seriusnya.
Sun Yi Luo, Pangeran kelima dari Selir Diao mei. Berusia 22 tahun lelaki yang paling normal di antara para Pangeran lainnya. Menjadi salah satu ahli strategi perang milik Kerajaan Shang Zu. Menyayangi Xiao Rou seperti seorang kekasih.
"Ini semua salah kalian yang menyetujui keinginan dari Ibu Suri untuk meminang Xiao Rou." ujar Wu Xin menatap tajam para Pangeran yang kini terlihat salah tingkah.
Sun Wu Xin, Pangeran keenam dari Selir Diao Mei. Berusia 21 tahun, memiliki sifat dingin dan tidak peduli selain keluarga kerajaan. Menjadi salah satu dari 10 Jendral Perang Kerajaan Shang Zu. Menyayangi Xiao Rou seperti adiknya sendiri akan tetapi, ia lebih menyukai jika Xiao Rou tetap berada di sisinya.
"Saat itu kita tidak memiliki pilihan lain, Wu Xin. Aku bahkan harus meninggalkan para wanitaku," jawab Zhao Lang menatap kesal sang kakak.
Sun Zhao Lang, Pangeran ketujuh dari Selir Da Qiao. Berusia 21 tahun, seorang lelaki yang suka mempermainkan para wanita. Lelaki bersurai pirang dengan iris merah itu menjadi salah satu pelatih prajurit kerajaan dalam hal menggunakan pedang. Menyayangi Xiao Rou seperti adiknya sendiri.
"Bisakah kalian tidak saling menyalahkan? Xiao Rou sedang jatuh sakit karena salah satu dari kalian. Apa kalian lupa jika Xiao Rou memiliki trauma lelaki tampan yang tidak ia kenal?" sela Xuan Tian.
Sun Xuan Tian, Pangeran kedelapan dari Selir Huan Li. Berusia 20 tahun dan memiliki surai rambut berwarna merah seperti Selir Huan Li. Salah satu Jendral perang yang memakai sihir. Menyukai Xiao Rou sejak kecil dan dirinya yang paling dekat dengan Xiao Rou. Dan Sun Xiao Rou, Putri pertama dari Permaisuri Xiao Yu yang berusia 18 tahun.
Semua terdiam atas selaan Xuan Tian, Liu Jun bahkan tidak mengingat jika adik perempuannya memiliki trauma aneh itu.
"Sial, aku lupa masalah besar itu," rutuk Liu Jun sambil memukul pilar pavilliun.
"Sebaiknya kita tidak terlalu memaksakan dirinya untuk mengingat kita," saran Yi Luo.
"Tunggu, aku ti–"
"Pangeran, maafkan hamba yang menginteruksi percakapan Anda. Tetapi, hamba memiliki berita penting, Pangeran," potong salah seorang tabib dengan wajah paniknya.
"Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Liu Jun menatap jengah sang tabib.
"Putri Xiao Rou, Beliau terus memanggil nama seseorang dan mengatakan sesuatu dalam keadaan tidak sadar," jawab sang tabib.
"Apa yang Putri katakan?" tanya Xuan Tian penasaran.
"Putri berkata 'Ren Xi, tolong aku!'," jawab sang tabib sedikit takut.
Deg!
Tiba-tiba jantung para Pangeran itu terasa berhenti seketika.
"Ren Xi? Siapa lelaki itu?" tanya Liu Jun yang kini terlihat geram.
"Hamba pikir seseorang bernama Ren Xi adalah orang penting bagi Putri, Pangeran Putra Mahkota," jawab tabib itu sambil menunduk.
"Apa?" Liu Jun menatap tidak percaya sang tabib.
"Perketat penjagaan di setiap perbatasan! Aku tidak ingin lelaki bernama Ren Xi itu datang menemui Xiao Rou. Xiao Rou hanya ditakdirkan untuk kita!" titah sang Putra Mahkota.
"Daulat, Pangeran," jawab para pangeran lainnya bersamaan.
"Kali ini aku tidak akan melepaskan Xiao Rou untuk yang kedua kalinya!"