“Sayang, sampai kapan kita pelukan begini?” tanya Anin sambil mendorong pelan d**a Lukas. Kalau ada level tertinggi dari bucin, Lukas pasti sudah duduk di puncaknya. Entah sudah berapa lama ia memeluk Anin, seolah tak ingin melepaskannya. Ia sengaja mengantar kekasihnya pulang ke Jakarta, karena mulai besok mereka akan dipingit. Tidak bertemu sampai hari H. Namun Lukas, dengan segala akalnya, sudah menyiapkan cara—minimal lewat Zoom ia tetap bisa menatap wajah kesayangannya. “Sayang,” panggil Anin lagi, mengingatkan. “Aku culik kamu aja, ya?” kata Lukas sambil melepas pelukan. Anin langsung memukul d**a kekasihnya. “Nggak mau! Kita dipingit, ya sudah, jalani aja.” “Seminggu dua kali aku ke sini gimana? Ya? Ya? Ya?” Lukas memaksa dengan mata berbinar. Anin menghela napas, mencoba saba

