Hari itu, Anin dan Lukas menghabiskan waktu di acara pernikahan Adrian—yang menikah dengan rekan sejawatnya sesama dokter. Suasana hangat, penuh tawa dan haru, membalut seluruh ruangan. Di antara tamu yang sibuk bersalaman dan berfoto, Lukas tak lepas memperhatikan istrinya yang mulai tampak kelelahan setelah seharian tersenyum dan menyapa tamu. Menjelang malam, ia menggenggam tangan Anin dan membawanya ke kamar hotel—masih di hotel yang sama dengan tempat resepsi berlangsung. Begitu pintu tertutup, suasana langsung terasa tenang. Anin duduk di tepi ranjang, melepas sepatunya perlahan. “Sayang, sini,” panggilnya meminta Lukas duduk di sampingnya, lalu bersandar pada bahu sang suami. “Aku bahagia dan lega bersamaan,” ucapnya pelan. “Karena?” “Karena Mas Adrian setelah ini bertugas di J

