Lukas benar-benar tak mengizinkan Anin turun dari ranjang, senikmat itu kebersamaan mereka. Kini, di ranjang besar dengan selimut putih berlapis satin, Anin masih terbaring dengan rambut terurai berantakan, pipinya sembab oleh tidur panjang. Matanya hanya membuka sedikit, cukup untuk melihat Lukas yang sudah duduk di sisi ranjang dengan wajah segar seolah malam panjang kemarin tak meninggalkan sedikit pun lelah padanya. “Honey, sarapan dulu,” ucap Lukas sambil membelai pipi Anin. Suaranya rendah namun hangat. Anin hanya meringkuk, menutupi wajahnya dengan selimut. “Suap,” rajuknya manja, membuat Lukas tak bisa menahan tawa geli. Wanita itu bahkan enggan mengangkat tubuhnya sendiri, terlalu malas atau lebih tepatnya tak sanggup karena terlalu lelah. “Honey, kamu ini istri atau bayi, hmm

