Lukas menatap wajah Anin lama, terlalu lama hingga ia menyadari sesuatu yang membuat hatinya luluh seketika—ada setitik lelah di mata istrinya. Lelah yang coba ditutup-tutupi Anin, tapi Lukas tahu. Ia terlalu mencintai wanita itu untuk berpura-pura tidak melihat. “Aku ingin sekali egois,” bisiknya lirih sambil mengecup kening Anin dengan penuh kelembutan. Napasnya hangat, suaranya parau menahan segala rasa. “Tapi aku lebih mencintaimu, Honey. So, mari kita tidur saja malam ini.” Anin terbelalak, matanya membesar tak percaya. Ia sempat menduga malam ini akan penuh dengan hal-hal yang membuatnya gugup, tapi ternyata Lukas memilih untuk menahannya. “Pejamkan matamu, Honey,” ucap Lukas kembali, kali ini lebih tegas namun tetap hangat. Ia menyelipkan jari-jarinya ke rambut Anin, membelai lem

