Safina tetap menggelengkan kepala. Tidak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Dia hanya menatap pria itu dengan perasaan heran. "Jadi, kamu enggak kasih izin?" Safina menganggukkan kepala. "Kenapa kamu ngomong, Fin? Cuma geleng-geleng sama angguk-angguk aja. Kamu sariawan?" Safina menggelengkan kepala lagi. "Ok. Ya mungkin kamu udah capek aja. Kalau cium boleh? Anggap aja ciuman sebelum tidur." Tidak menunggu jawaban Safina, Iqbal sudah menyambar bibir perempuan itu. Bukan ciuman sebelum tidur yang dimaksud oleh pria itu, tetapi ciuman yang lembut dalam dan lama. Membuat darah Safina berdesir dan merasakan perasaan aneh yang baru kali itu dia rasakan. Ingin disentuh oleh suaminya. Namun, karena ciuman yang intens itu Safina hampir kehabisan napas lalu dia mendorong tubuh Iqbal deng