"Aku mau kita putus karena Mas Dirga selingkuh!" tuduh seorang gadis cantik bernama Safina Dewangga Putri sambil menunjuk wajah seorang pria yang telah menjadi kekasihnya selama satu tahun terakhir.
Kemarin Safina memergoki Dirga memeluk mantan pacarnya bernama Siska di kamar kos pria itu saat dia sedang berkunjung ke sana untuk mengajak pria itu jalan. Namun, dia harus melihat kenyataan yang membuatnya harus kecewa pada Dirga.
Sementara Dirga tidak terima dengan tuduhan sang kekasih yang meminta hubungan mereka diakhiri karena dia telah mengira Dirga selingkuh padahal dia tidak merasa sudah mengkhianati Safina.
Kemarin dia pun sudah menjelaskan kejadian sebenarnya pada Safina, tetapi perempuan itu tidak mau mendengarkan penjelasan Dirga sedikit pun. Bahkan Safina tidak membalas pesan dari Dirga serta tidak mau menerima telepon dari pria itu.
"Mas enggak selingkuh, Sayang. Mas berani sumpah. Tuduhan kamu itu enggak benar. Mas kemarin cuma mau nenangin Siska aja, enggak lebih."
Safina tidak bisa percaya begitu saja dengan ucapan Dirga. Apa pun yang dikatakan Dirga hanya dia anggap sebagai pembelaan diri saja dan menutupi kebohongan pria itu.
"Alah, mana ada orang selingkuh mau ngaku, Mas. Aku enggak percaya sama kamu, Mas! Di mana-mana enggak ada maling teriak mailing! Pelukan kok kamu bilang buat nenangin orang sih? Kalau kamu mau nenangin Siska cukup tepuk pundaknya aja, terus kamu empati sama perasan dia. Enggak usah pake peluk-peluk segala!"
Safina dan Dirga sama-sama terbawa emosi sehingga nada bicara keduanya sama-sama meninggi. Keduanya tidak mau saling mendengarkan. Hanya kukuh dengan keyakinan masing-masing saja.
"Demi Allah Mas enggak selingkuh, Fin!" Dirga bersikeras di hadapan Safina. "Kemarin itu Siska datang buat curhat sama aku soal pacarnya yang sekarang sambil nangis. Terus Mas peluk dia. Kejadian benarnya ya gitu Safina. Mas enggak selingkuh!"
Namun, Safina sudah merasa sakit hati sejak melihat sang pacar berpelukan dengan perempuan lain. Tidak ada kata lain yang pantas dia berikan untuk Dirga yakni selingkuh. Ya dia anggap pria itu sudah selingkuh dengan memeluk mantan pacarnya.
Tidak ada mantan pacar yang datang untuk meminta saran atas hubungannya dengan seseorang selain masih mengharap perhatian dari sang mantan dan berharap rasa itu masih ada dan masih sama. Itu yang ada dalam pikiran Safina saat ini.
"Jangan bawa-bawa Allah, Mas. Kamu sudah mengkhianati kepercayaan aku, Mas! Kamu sudah selingkuh dari aku!" Safina mulai marah pada Dirga.
"Ya ampun Safina, Mas tuh enggak selingkuh sama Siska, cuma pelukan aja." Dirga terlihat sedang membela diri.
"Cuma pelukan katamu, Mas? Gimana misalnya tadi aku enggak datang terus memergoki kamu. Bisa saja kamu khilaf terus berbuat yang lebih dari itu sama Siska dengan alasan kamu sedang menghibur dia. Iya, kan?"
Dirga mengembuskan napas masa kasar. "Mas enggak mungkin melakukan yang tidak-tidak di kos sama Siska. Mas punya kamu, dia juga punya pacar. Mas bisa jaga diri dari hal buruk kok, Sayang."
"Mas bisa bilang gitu karena belum kejadian. Coba misalnya ada setan lewat terus bikin Mas khilaf semua bisa terjadi. Apalagi Mas cuma berdua aja sama Siska."
Dirga hampir putus asa untuk meyakinkan Safina jika dia tidak selingkuh dengan Siska. Sementara Safina tetap dengan keyakinannya jika Dirga sudah selingkuh.
"Fin, Mas harus bilang apa lagi sama kamu supaya kamu mau percaya kalau Mas enggak selingkuh?"
"Mas enggak usah bilang apa-apa lagi. Sudah cukup. Aku capek sama kamu, Mas. Aku mau putus. Putuskan aku sekarang juga. Aku enggak mau pacaran sama tukang selingkuh!"
Dirga mengusap wajahnya. "Mas enggak mau putus dengan kamu karena Mas enggak selingkuh."
"Aku tetap mau putus. Aku enggak peduli Mas Dirga mau bilang apa." Safina melipat tangan di depan d**a.
"Tolong jangan minta putus, Fin." Dirga memelas pada Safina. Dia tidak rela jika hubungannya dengan perempuan itu harus berakhir saat itu juga. "Tolong maafin Mas karena kesalahan Mas yang kemarin. Mas enggak mau hubungan kita berakhir. Mas punya mimpi nikah sama kamu, Fina. Beneran."
"Kubur saja mimpi kamu dalam-dalam, Mas. Aku enggak mau nikah sama cowok yang pernah selingkuh karena sekali selingkuh pasti akan berulang lagi!"
"Tega kamu sama Mas, Sayang!"
"Mas lebih tega daripada aku."
"Pokoknya sampai kapan pun kita enggak akan pernah putus."
"Terserah! Yang jelas mulai detik ini kita sudah putus!"
Safina hampir membalikkan tubuhnya, tetapi Dirga menahan lengannya. Sekuat tenaga menarik lengannya itu lalu berlari menuju ruang jurusan untuk memeriksa jadwal kuliahnya hari itu. Dia sudah tidak mau menangis lagi karena kemarin perempuan itu sudah seharian menangisi Dirga.
Karena terus berlari sambil menoleh ke belakang, Safina tidak memperhatikan ke depan sampai dia tidak menyadari jika di depannya ada seorang pria yang tengah berjalan sambil membawa beberapa buku.
Tabrakan pun tidak dapat dihindari lagi. Pria itu terjatuh, Safina terkejut dan kedua matanya membulat.
"Maaf, Pak." Safina membungkuk sebentar lalu membantu pria itu mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai.
"Kamu lagi dikejar-kejar apaan sih? Saya perhatikan kamu lari cepet banget terus beberapa kali noleh ke belakang. Padahal enggak ada apa-apa, emang ada hantu di siang bolong kayak gini?"
Safina bengong. "Duh, ini pasti gara-gara aku ngawasin Mas Dirga deh." Safina tertunduk.
"Saya mau ngecek jadwal kuliah saya, Pak, tapi karena takut telat saya buru-buru ke sini." Safina menyerahkan buku-buku milik pria itu.
"Lain kali kalau jalan yang bener. Jangan sampai ada orang lain lagi yang kamu tabrak. Makasih untuk bukunya."
"Iya, Pak. Sama-sama, maaf sekali lagi."
"Duh, baru mau kuliah aja udah nabrak orang. Jangan-jangan bapak itu Dosen lagi. Galak banget sih? Jangan sampai deh ketemu dia lagi. Bisa habis aku jadi bulan-bulanannya dia karena tabrakan tadi."
Pria itu berlalu meninggalkan Safina. Perempuan itu bergegas masuk ke ruangan jurusan untuk memeriksa jadwal. Dia cek semua jadwal kuliah untuk hari itu karena Safina ketinggalan catatan jadwal perkuliahan. Setelah memeriksa jadwal, dia pun bergegas menuju kelas karena ada kuliah pada jam itu.
Safina berjalan mencari ruangan kelasnya karena masih baru dia belum banyak mengenal kampus tempat dia kuliah sekarang. Dia pun terus berjalan sambil melirik setiap nomor kelas yang tertulis di depan pintu yang dia lewati.
Akhirnya dia pun tiba di sebuah ruangan. Pintu ruangan sudah tertutup dia pun mengetuk pintu dan mendapat izin masuk.
Betapa terkejutnya Safina saat melihat pria yang berdiri di depan kelas itu adalah pria yang dia tabrak tadi.
"Gawat ternyata yang tadi aku tabrak itu dosen yang galak tadi?"