Prang!! Amel menghembuskan napasnya. Sudah dua kali nampan berisikan makanan dan obat yang dirinya bawa, di-swipe oleh putranya. Anak itu memang sangat keterlaluan. Dalam keadaan satu tangan dan dua kakinya yang patah saja, dia masih sempat berulah. Jangan katakan jika Amel kejam. Seandainya sakit yang menimpa anaknya merupakan musibah, ia pasti merajakan Niel layaknya pengikut Firaun di zamannya. Masalahnya patah tulang juga karena kebodohannya sendiri. Dia yang mencari-cari bala hingga berakhir menjadi penghuni kursi roda. Meluaskan lautan sabar di dadanya, Amel mengacakkan lengan dipinggang. “Mau sampai kapan kamu begini?! Sebentar lagi kamu ujian sekolah, Niel?! Mau nggak lulus kamu?!” tanya wanita itu, tajam. Demi merawat putranya ia tinggalkan pekerjaan yang menggunung di kantor