Dengan gerakan yang pura-pura sedikit ragu. Teh Tarsih mendekatkan wajahnya ke slangkanganku. Aku pun sedikit menggeser dudukku agak ke belakang, agar Teh Tarsih dapat leluasa memainkan rudal indah dengan mulutnya. “Andri, kok gede banget sih, Teteh takut!” desah Teh Tarsih lirih dan manja. Tangannya kembali meremas-remas batang kjantananku lalu diciumnya dan lidahnya menjilati topi bajanya yang mengkilap. Teeeer. Seketika tubuhku terasa mendapat aliran listrik yang menggetarkan sekujur tubuhku ketika lidah basah itu menjilati kepala rudalku. Rasanya hangat dan nikmat ketika mulutnya mulai mengulum kepala dan sebagian batangnya yang tegang maksimal. “Oooh nikamaaaat Teh... sssst aaaah.” Aku melenguh tak kuasa menahan nikmat dua rasa penuh sensasi yang datang bergantian. Ada getaran