Nakia melamun menatap semangkuk potongan buah yang ibu sajikan. Dari beberapa menit lalu dia seperti ini, ada suatu hal yang membuat Nakia kepikiran dan hal itu benar-benar mengacaukan fokusnya seharian ini. “Mbak, kenapa nggak dimakan buahnya?” tanya Ibu heran, beliau menyentuh pelan pundak Nakia karena dari tadi tidak menyahut saat Ibu panggil. “Lagi mikirin apa? Mukanya, kok serius banget?” “Bu, kayaknya Mbak udah gilaa ...” gumam Nakia setelah menghela napas. “Masa Mbak mimpi punya anak sama abang? Anaknya mirip muka abang.” “Hah?!” Ibu yang hendak mencuci pisau dan talenan bekas memotong buah, buru-buru menarik kursi dan duduk di depan Nakia. “Kenapa bisa gitu? Kalian udah baikan dan udah tidur bareng?” “Belum, tapi tidur bareng iya.” “Astaga, Mbak! Apa abang maksa kamu lagi?” “