Ibra masih membolak-balik berkas di tangannya, meneliti dengan seksama setiap data dan angka yang tertera di sana. Seorang wanita muda yang duduk di sofa seberangnya itu hanya diam, terlihat jelas mulai tidak nyaman. Sesekali matanya melirik ke arah pintu, seperti sedang resah menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Baru saja dia hendak meraih ponselnya, Ibra sudah lebih dulu meletakkan berkas di tangannya ke atas meja. Wajah tanpa senyum dan biasa irit bicara, tapi sekalinya buka mulut malah membuat orang lain ketar-ketir. Itulah kenapa wanita itu tampak tidak nyaman duduk dan berhadapan dengan Ibra untuk membahas kembali soal kontrak kerjasama itu. "Sejak awal kami sudah bilang, kalian hanya bisa mendapat empat puluh persen saham dari proyek kerjasama ini nantinya. Aku tidak punya