Hujan turu membahasi tubuh Kanaya yang masih tidak berdaya. Kakinya ingin bangkit tapi ia kembali terjatuh lagi. Malam itu benar-benar sangat kelabu bagi Kanaya. Ia ingin sekali berteriak tapi semua itu tidak berguna. Disaat Kanaya ingin menyerah, tiba-tiba saja ada sepasang sepatu yang berdiri didepannya. Disusul dengan naungan payung yang membuat hujan tak lagi membasahi tubuh Kanaya. "Bangunlah, Kanaya." Kanaya mengerutkan dahinya, ia sontak langsung mengangkat wajahnya saat mendengar suara yang sangat ia kenali itu. Beberapa saat kemudian wajahnya berubah kaget. "Dewa." Kanaya menyebut nama pria itu tanpa suara. "Bangunlah, sekarang bukan saatnya kamu menangis. Banyak hal yang perlu kita lakukan," ucap Dewa dengan wajah yang terkesan datar. "Nara!" Kanaya langsung teringat tentan