Ketika keadaan mulai tenang, Dominick perlahan melepaskan Elira. Nafasnya berat. "Kau tidak terluka?" tanyanya cepat. Elira hanya menggeleng, masih gemetar. Lalu ia menatap wajah Dominick dan tersenyum samar. "Kau mengingatku sekaran bukan?" Dominick terdiam. Tangannya masih bergetar. "Aku... aku ingat darahmu. Malam itu. Aku... menyelamatkanmu." Sherina terpaku, langkahnya terhenti di tengah ruangan yang kini berantakan. Kata-kata itu menusuk lebih tajam dari peluru mana pun. Dia menatap suaminya yang menunduk di samping wanita lain, lalu menatap tangan mereka yang masih saling menggenggam. Air matanya jatuh perlahan. "Dia benar-benar tidak menganggapku sama sekali. Bahkan aku tidak ada dalam list orang yang harus di selamatkan. Baiklah...semangat Sherin. Karena dari awal kau juga

