"Saya nggak nyaman di rumah Pak," jawab Mi. Pak Abdullah cuma menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Mi. "Bapak dari dulu pengen punya anak laki. Tapi emang belum rejekinya. Bapak cuma dititipin si Ijah aja sama Gusti Allah," kata Pak Abdullah. "Ijah bentar lagi juga lulus kuliah. Dulu Bapak sengaja nyuruh dia kuliah akuntansi. Kalau lulus nanti, biar dia yang ngurus keuangan usaha Bapak ini. Tapi untuk masalah lapangannya kan dia nggak bakalan bisa," kata Pak Abdullah yang lebih mirip curhatan di telinga Mi. "Sayang kamu masih terlalu kecil," gumam Pak Abdullah. Kali ini, kata-kata Pak Abdullah bukan lagi gurauan dan terdengar kalimat yang bener-bener serius dengan nada penyesalan. Mi hanya diam dan tak menjawab. ***** "Ilmi cowok yang baik Bah," kata Ijah sambil menundukkan ke