Kamarudin menatap jam tangan yang melingkar pada lengannya. Sudah waktunya ia menjemput Anya. Menghentikan perdebatan yang nyatanya dapat Anya selesaikan sendiri. “Pak Putut, saya permisi. Terima kasih karena sudah memberikan tumpangan untuk menguping,” pamitnya tak lupa berterima kasih atas kebaikan rekan kerjanya. Pria itu menyambar peralatan yang dirinya gunakan mengajar. Berjalan tenang lalu masuk ke ruangannya tanpa sebuah ketukan. “Yang!” Alisnya kontan menukik. Jika tidak salah dengar, Anya baru saja memanggilnya dengan panggilan yang berbeda. “Hem.. Ada apa ini?” tanya-nya, pura-pura tidak tahu. Padahal sejak tadi dirinya mendengar perdebatan alot kedua wanita di depannya. ‘Wah! Si Anjing! Nggak ada mesra-mesranya! Gue kan lagi mau manas-manasin fansnya,’ decak Anya, kesal de