Flashback pada malam itu. Dalam sebuah kamar bernuansa manly yang tidak terlalu besar, dengan dinding ber-cat putih-light grey, seorang gadis cantik mengenakan setelan piyama, membawa satu sajadah yang terlipat di tangan, sedang berdiri mematung, menghadap pada nakas putih di samping tempat tidur, menatap sederet foto sepasang kekasih dalam figura kecil yang bertengger begitu apik di atas sana, begitu saksama. Alih-alih merasa kesal, gadis itu malah menyeringai tipis, kala pandangannya tiba-tiba saja jatuh pada salah satu foto dengan pose berciuman, kemudian menggeleng pelan. “Prewedding-nya sama siapa, nikahnya sama siapa! Kasihan … mereka saling menjaga jodoh orang,” gumamnya sangat pelan. Setelah mengatakan hal itu, Senja pun segera menaruh barang yang dibawanya di atas tempa